Latest Post

Asal-usul 25 Desember sebagai Hari Natal Yesus Kristus

Baru saja bayi Yesus dilahirkan di Kalkuta, India, dan sapi-sapi suci ikut menyambutnya

Sesungguhnya, tidak seorang pun tahu kapan persisnya Yesus dari Nazareth dilahirkan ke dalam dunia ini. Tidak ada suatu Akta Kelahiran zaman kuno yang menyatakan dan membuktikan kapan dia dilahirkan. Tidak ada seorang saksi hidup yang bisa ditanyai.

Berlainan dari tuturan kisah-kisah kelahiran Yesus yang dapat dibaca dalam pasal-pasal permulaan Injil Matius dan Injil Lukas, sebetulnya pada waktu Yesus dilahirkan, bukan di Bethlehem, tetapi di Nazareth, tidak banyak orang menaruh perhatian pada peristiwa ini. Paling banyak, ya selain ibunya, beberapa tetangganya juga ikut sedikit disibukkan oleh kelahirannya ini, di sebuah kampung kecil di provinsi Galilea, kampung Nazareth yang tidak penting.

Baru ketika Yesus sesudah kematiannya diangkat menjadi sang Mesias Kristen agung oleh gereja perdana, atau sudah dipuja dan disembah sebagai sang Anak Allah, Raja Yahudi, dan Juruselamat, disusunlah kisah-kisah kelahirannya sebagai kelahiran seorang besar yang luar biasa, seperti kita dapat baca dalam pasal-pasal awal Injil Matius dan Injil Lukas (keduanya ditulis sekitar tahun 80-85 M). Dalam abad-abad pertama M, di dunia Yunani-Romawi atau yang biasa dikenal sebagai kawasan Laut Tengah, kisah-kisah epik yang mengagung-agungkan manusia, yang disebut aretalogi (artinya, kisah-kisah kebajikan besar), banyak disusun, dan aretalogi sosok Yesus dari Nazareth hanyalah salah satu saja./1/ 

Dalam dunia kuno itu, dengan setiap bangsa punya satu atau beberapa sosok insani yang agung dan akbar (mulai dari filsuf, guru kebijaksanaan, manusia perkasa, jenderal hingga raja dan kaisar), aretalogi disusun dengan sangat kaya dan mempesona dan menggerakkan sisi afektif manusia. Lewat aretalogi, sosok-sosok manusia agung diberi legitimasi sebagai dewa-dewi atau allah-allah besar, suatu praktek religiopolitik yang dinamakan deifikasi atau apotheosis. Praktek ini pada zaman itu dan di dunia Yunani-Romawi lazim dilakukan dan tidak dinilai sebagai syirik sama sekali. Mengkritik, menolak dan melawan kekristenan di dunia modern dengan doktrin syirik tentu saja suatu anakronisme dan etnosentrisme yang serba semberono. Ada sekian syarat dan prosedur yang harus dipenuhi dan dijalankan sebelum suatu sosok insani besar resmi dideifikasi dan diberi status Dewa atau Allah.

Tentu saja, aretalogi bukan sastra sejarah; di dalamnya, sejarah dan mitos dicampur, fakta dan fiksi digabung; sudah sulit untuk memisahkan keduanya, tetapi bisa dilakukan lewat kajian-kajian kritis sejarah dan sastra. Penyusunan aretalogi dan praktek apotheosis berlangsung dalam suatu kompetisi religiopolitik yang pada akhirnya dapat melahirkan agama-agama baru yang diterima. Ingat, di zaman kuno sekularisasi belum dikenal dan tidak dipraktekkan. Agama ya politik dan politik ya agama. Dalam abad ke-21 ini tentu saja nyaris semua bentuk dan aliran kekristenan yang ada dalam dunia modern tidak akan ceroboh dan petantang-petenteng untuk dengan naif mengganti semua sistem politik modern yang dikenal sebagai demokrasi dengan teokrasi Kristen yang tentu saja juga akan tidak satu bentuk.

Karena pengagungan dan penyembahan yang dilakukan gereja-gereja perdana terhadap Yesus, sosok yang sebetulnya dilahirkan di Nazareth ini, kota yang sama sekali tidak penting, diubah, lewat berbagai aretalogi (dalam Perjanjian Baru maupun di luarnya), menjadi sosok religiopolitis yang dilahirkan di kota Raja Daud, kota Bethlehem, kota yang disucikan dan diagungkan sebagai kota asal sang Messias Yahudi sejati mana pun. Sebutan “Yesus orang Nazareth” adalah sebuah petunjuk kuat bahwa Yesus dilahirkan di Nazareth, bukan di Bethlehem. Dengan menyatakan kota Bethlehem, kota Raja Daud, sebagai kota kelahiran Yesus, maka Raja Daud yang hidup seribu tahun sebelumnya (abad 10 SM) pun dibuat menjadi bapak moyang agung sosok Yesus dari Nazareth. Untuk melegitimasi usaha religiopolitis peningratan Yesus ini, maka silsilah Yesus disusun yang dengan lebih dari satu cara mempertalikan sosok Yesus dari Nazareth dengan Raja Daud sebagaimana dapat dibaca dalam Injil Matius 1:1-17. Silsilah Yesus versi Matius ini tidak sama dengan silsilah Yesus yang disusun atau dipakai penulis Injil Lukas (3:23-38). Masing-masing silsilah ini tidak sama karena memang disusun untuk tujuan dan kepentingan religiopolitis yang berbeda.

Pada sisi lainnya, penulis Injil Kristen tertua intrakanonik, yakni Injil Markus (ditulis tahun 70 M), sama sekali tidak memandang penting untuk menyusun sebuah kisah kelahiran Yesus. Pada ujung satunya lagi, yakni dalam Injil Yohanes (ditulis akhir abad pertama M, sekitar tahun 90-an), juga tidak ditemukan kisah apapun tentang kelahiran Yesus. Dalam Injil Keempat ini, kisah Natal diganti dengan apa yang dinamakan protologi, yakni kepercayaan tentang apa yang ada pada awal atau permulaan segala zaman. Injil ini dibuka dengan kata-kata ini, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Jadi, kota Nazareth dalam injil ini diganti dengan kawasan di luar dunia ini, tempat asal-usul Yesus Kristus sebagai “sang Firman yang telah menjadi manusia” (Yohanes 1:14). Dalam Injil Yohanes, persalinan seorang perempuan diganti dengan inkarnasi atau penitisan.

Dalam tuturan penulis Injil Lukas, kelahiran Yesus diwartakan sebagai kelahiran seorang tokoh Yahudi yang menjadi pesaing religio-politis Kaisar Agustus, yang sama ilahi dan sama berkuasanya, yang kelahiran keduanya ke dalam dunia merupakan “kabar baik” (euaggelion) untuk seluruh bangsa karena keduanya adalah “Juruselamat” (sōtēr) dunia. Berita dalam Lukas 2:10,11 jelas dilatarbelakangi dan mau menyaingi dekrit Majelis Provinsi Asia tentang Kaisar Agustus yang dikeluarkan tahun 9 M. Dekrit ini menyatakan:  
“Sang Kaisar Ilahi Tertinggi . . . harus kita pandang setara dengan Sang Awal segala sesuatu.... Kaisar adalah sang Dewa Kebaikan bagi semua orang . . . Sang Awal kehidupan dan kekuatan.... Semua kota sepakat untuk menjadikan Natal sang Kaisar Ilahi sebagai awal tahun baru.... Sang Providentia yang telah mengatur seluruh kehidupan . . . telah membawa kehidupan kita ke puncak kesempurnaan . . . lewat sang Kaisar Agustus yang telah dianugerahkannya kepada kita. Oleh sang Providentia sang Kaisar telah dipenuhi dengan kebajikan dan kebijaksanaan demi keselamatan seluruh umat manusia. Sang Kaisar, yang telah diutus kepada kita dan semua keturunan kita sebagai Sang Penyelamat, telah mengakhiri perang dan telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang teratur. Dan . . . akhirnya, hari Natal sang Dewa Agustus telah menjadi awal Kabar Baik bagi seluruh dunia, kabar baik tentang dirinya sendiri. Karena itulah, kelahirannya telah menjadi awal zaman baru.”/2/  
Dalam tuturan penulis Injil Matius, kanak-kanak Yesus yang telah dilahirkan, yang diberitakan sebagai kelahiran seorang Raja Yahudi, telah menimbulkan kepanikan pada Raja Herodes Agung yang mendorongnya untuk memerintahkan pembunuhan semua anak di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah (Matius 2:2, 3, 16). Kisah ini tentu saja fiksi, dan gereja perdana mempunyai sebuah model yang bagus untuk menyusun kisah ini, yang diambil dari kitab suci Yahudi. Model yang dipakai adalah sosok Nabi Musa, yang dilahirkan ketika sang Firaun Mesir sedang menjalankan aksi pembunuhan atas anak-anak Ibrani yang terlahir sebagai bayi laki-laki, seperti dikisahkan dalam Keluaran 1:15-2:10. Fiksi ini disusun untuk mencapai tujuan propaganda religiopolitis kekristenan, yakni menyetarakan Yesus dari Nazareth dengan Nabi Musa, sosok teragung dalam Yudaisme. Jadi, kata para juru bicara gereja-gereja awal, tidak ada kerugian spiritual dan politis sama sekali jika orang Yahudi pindah agama, masuk agama Kristen yang isinya telah dibeberkan penulis Injil Matius dalam kitab injilnya, yang bagian utama isinya disusun dalam lima struktur yang mengambil analogi dari lima kitab Taurat Musa.

Dalam kisah-kisah kelahiran Yesus dalam kedua kitab injil inipun (Matius dan Lukas) bahkan dalam seluruh Perjanjian Baru, tidak ada suatu catatan historis apapun yang menyatakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Jika demikian, bagaimana tanggal 25 Desember bisa ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus, hari Natal? Dalam kebudayaan kuno Yahudi-Kristen dan Yunani-Romawi, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan hari kelahiran Yesus.

Mari kita telusuri cara pertamanya. 

Seperti dicatat dalam dokumen Yahudi Rosh Hashana (dari abad kedua), sudah merupakan suatu kelaziman di kalangan Yahudi kuno untuk menyamakan hari kematian dan hari kelahiran bapak-bapak leluhur Israel. Dengan sedikit dimodifikasi, praktek semacam ini diikuti oleh orang-orang Kristen perdana ketika mereka mau menetapkan kapan Yesus Kristus dilahirkan.

Sebetulnya, praktek semacam ini berlaku hampir universal dalam orang menetapkan hari kelahiran tokoh-tokoh besar dunia yang berasal dari zaman kuno. Dalam kepercayaan para penganut Buddhisme, misalnya, hari kelahiran, hari pencapaian pencerahan (samma sambuddha) dan hari kematian (parinibbana) Siddharta Gautama sang Buddha dipandang dan ditetapkan (pada tahun 1950 di Sri Langka) terjadi pada hari yang sama, yakni hari Waisak atau hari Trisuci Waisak.

Ketika orang-orang Kristen perdana membaca dan menafsirkan Keluaran 34:26b (bunyinya, “Janganlah engkau memasak anak kambing dalam susu induknya”), mereka menerapkannya pada Yesus Kristus. “Memasak anak kambing” ditafsirkan oleh mereka sebagai saat orang Yahudi membunuh Yesus; sedangkan frasa “dalam susu induknya” ditafsirkan sebagai hari pembenihan atau konsepsi Yesus dalam rahim Bunda Maria. 


Dengan demikian, teks Keluaran ini, setelah ditafsirkan secara alegoris, menjadi sebuah landasan skriptural untuk menetapkan bahwa hari kematian Yesus sama dengan hari pembenihan janin Yesus dalam kandungan ibunya, sekaligus juga untuk menuduh orang Yahudi telah bersalah melanggar firman Allah dalam teks Keluaran ini ketika mereka membunuh Yesus.

Kalau kapan persisnya hari kelahiran Yesus tidak diketahui siapapun, hari kematiannya bisa ditentukan dengan cukup pasti, yakni 14 Nisan dalam penanggalan Yahudi kuno, dan ini berarti 25 Maret dalam kalender Julianus. Sejumlah bapak gereja, seperti Klemen dari Aleksandria, Lactantius, Tertullianus, Hippolytus, dan juga sebuah catatan dalam dokumen Acta Pilatus, menyatakan bahwa hari kematian Yesus jatuh pada tanggal 25 Maret. Demikian juga, Sextus Julianus Afrikanus (dalam karyanya Khronografai, terbit tahun 221), dan Santo Agustinus (menulis antara tahun 399 sampai 419), menetapkan 25 Maret sebagai hari kematian Yesus. Dengan demikian, hari pembenihan janin Yesus dalam rahim Maria juga jatuh juga pada 25 Maret.

Kalau 9 bulan ditambahkan pada hari konsepsi Yesus ini, maka hari kelahiran Yesus adalah 25 Desember. Sebuah traktat yang mendaftarkan perayaan-perayaan besar keagamaan, yang ditulis di Afrika dalam bahasa Latin pada tahun 243, berjudul De Pascha Computus, menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Hippolytus, dalam Tafsiran atas Daniel 4:23(ditulis sekitar tahun 202), menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Sebuah karya yang ditulis dengan tangan, dalam bahasa Latin, pada tahun 354 di kota Roma, yang berjudul Khronografi, juga menyebut 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.

Meskipun banyak dokumen dari abad ketiga sampai abad keempat menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, tidak semua orang pada waktu itu menyetujui adanya perayaan hari Natal. Origenes, teolog Kristen dari Aleksandria, misalnya, dalam karyanya Homili atas Kitab Imamat, menyatakan bahwa “hanya orang-orang berdosa seperti Firaun dan Raja Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka.” Begitu juga, seorang penulis Kristen bernama Arnobus pada tahun 303 memperolok gagasan untuk merayakan hari kelahiran dewa-dewi.

Pada sisi lain, kalangan Montanus menolak kalau kematian Yesus jatuh pada 25 Maret; bagi mereka Yesus wafat pada 6 April. Dengan demikian 6 April juga hari konsepsi Yesus dalam kandungan Maria, ibunya. Kalau setelah 6 April ditambahkan 9 bulan, maka hari kelahiran Yesus jatuh pada 6 Januari. Di kalangan Gereja Timur (yang berbahasa Yunani), berbeda dari Gereja Barat (yang berbahasa Latin), hari Natal tidak dirayakan pada 25 Desember, tetapi pada 6 Januari. 




Madonna (Bunda Maria) hitam dan kanak-kanak Yesus yang juga hitam. Sangat mungkin, aslinya keduanya memang berkulit hitam!

 
Sekarang kita telusuri cara keduanya.

Sebelum kekristenan lahir dan tersebar di seantero kekaisaran Romawi dan kemudian dijadikan satu-satunya agama resmi (religio licita) kekaisaran melalui dekrit Kaisar Theodosius pada tahun 381, orang Romawi melakukan penyembahan kepada Matahari (= heliolatri).

Dalam heliolatri ini, Dewa Matahari atau Sol menempati kedudukan tertinggi dan ke dalam diri Dewa Sol ini terserap dewa-dewa lainnya yang juga disembah oleh banyak penduduk kekaisaran, antara lain Dewa Apollo (dewa terang), Dewa Elah-Gabal (dewa matahari Syria) dan Dewa Mithras (dewa perang bangsa Persia).

Heliolatri, yakni pemujaan dan penyembahan kepada Dewa Sol sebagai Dewa Tertinggi, menjadi sebuah payung politik-keagamaan untuk mempersatukan seluruh kawasan kekaisaran Romawi yang sangat luas, dengan penduduk besar yang menganut berbagai macam agama dan mempercayai banyak dewa.

Pada tahun 274 oleh Kaisar Aurelianus Dewa Sol ditetapkan secara resmi sebagai Pelindung Ilahi satu-satunya atas seluruh kekaisaran dan atas diri sang Kaisar sendiri dan sebagai Kepala Panteon Negara Roma. Menyembah Dewa Sol sebagai pusat keilahian berarti menyentralisasi kekuasaan politik pada diri sang Kaisar Romawi yang dipandang dan dipuja sebagai titisan atau personifikasi Dewa Sol sendiri.

Dalam heliolatri ini tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari perayaan religius utama untuk memuja Dewa Sol, hari perayaan yang harus dirayakan di seluruh kekaisaran Romawi. Pada musim dingin, Matahari (Latin: sol) tampak “diam tak bergeming” (Latin: sistere) di titik terendah di kaki langit Eropa utara sejak tanggal 21 Desember hingga 22 Desember. Kurun selama dua hari inilah yang dinamakan winter solstice (kurun titik balik sang Matahari). Persis mulai 23 Desember, sang Matahari mulai perlahan bangkit kembali, naik dari cakrawala, seolah Dewa Sol hidup kembali setelah mengalami kematian. Persis tanggal 25 Desember sang Matahari tiba di titik tertinggi di langit musim dingin Eropa utara. Peristiwa astronomikal ini ditafsir secara religius sebagai saat Dewa Sol tak terkalahkan, bangkit dari kematian, yang dalam bahasa Latinnya disebut sebagai Sol Invictus (= Matahari Tak Terkalahkan). Ya, tak terkalahkan, karena sang Matahari ini kembali mencerahkan dunia, dari tempatnya yang tertinggi dari cakrawala! 


Dengan baca buku, mereka sedang merayakan Natal!

Dengan demikian, tanggal 25 Desember dijadikan sebagai Hari Kelahiran (kembali) Dewa Sol Yang Tak Terkalahkan, Dies Natalis Solis Invicti. Karena Kaisar dipercaya sebagai suatu personifikasi Dewa Sol, maka sang Kaisar Romawi pun menjadi Sang Kaisar atau Sang Penguasa Tak Terkalahkan, Invicto Imperatori, seperti diklaim antara lain oleh Kaisar Septemius Severus yang wafat pada tahun 211.

Suasana winter solstice 2016

Nah, ketika kekristenan disebarkan ke seluruh kekaisaran Romawi, para pemberita injil dan penulis Kristen, sebagai suatu taktik kontekstualisasi misiologis mereka, mengambil alih gelar Sol Invictus dan mengenakan gelar ini kepada Yesus Kristus sehingga Yesus Kristus menjadi Sang Matahari Tak Terkalahkan yang sebenarnya. Mereka memakai teks-teks Mazmur 19:5c-6 (“Dia memasang kemah di langit untuk Matahari yang keluar bagaikan Pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.”), Maleakhi 4:2 (“… bagimu akan terbit Surya Kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.”) dan Lukas 1:78-19 (“Oleh rakhmat dan belas kasihan Allah kita, dengan mana Dia akan melawat kita, Surya Pagi dari tempat yang tinggi.”) sebagai landasan-landasan skriptural untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sebenarnya.

Dengan jadinya Yesus Kristus sebagai Sol Invictus baru, maka tanggal 25 Desember sebagai hari natal Dewa Sol juga dijadikan hari Natal Yesus Kristus. Seorang penulis Kristen perdana, Cyprianus, menyatakan, “Oh, betapa ajaibnya: Allah Sang Penjaga, Pemelihara dan Penyelenggara telah menjadikan Hari Kelahiran Matahari sebagai hari di mana Yesus Kristus harus dilahirkan.” Demikian juga, Yohanes Krisostomus, dalam khotbahnya di Antikohia pada 20 Desember 386 (atau 388), menyatakan, “Mereka menyebutnya sebagai ‘hari natal Dia Yang Tak Terkalahkan’. Siapakah yang sesungguhnya tidak terkalahkan, selain Tuhan kita…?”


Bayi Yesus Afrika dilahirkan . . .

Tentu anda sudah tahu siapa Kaisar Konstantinus Agung (272-337). Dialah Kaisar Romawi yang pindah agama, masuk Kristen, karena pertimbangan-pertimbangan politis strategis murni. Sebuah mitos telah disusun (oleh Eusebius) untuk menjelaskan mengapa dia pindah agama. Menurut mitos ini, pada 28 Oktober 312 Konstantinus melihat di awan-awan sebuah tanda salib (atau gabungan dua huruf Yunani Khi dan Rho, yang menyimbolkan nama Kristus) dan sebuah kalimat In Hoc Signo Vinces (= “Dengan tanda ini, kamu menang”). Visi ini dijadikan landasan mengapa dia menjadi Kristen, yakni karena Yesus Kristus menghendakinya supaya semua kampanye militernya berhasil gemilang. Dengan mitos ini, pengkristenan atas diri sang Kaisar dan atas seluruh kekaisaran Romawi diberi legitimasi ilahi. 

Nah, pada masa Konstantinus Agung memerintah Kekaisaran Romawi (306-337), perayaan keagamaan yang memuja Sol Invictus pada 25 Desember diubah dengan resmi menjadi perayaan keagamaan untuk merayakan hari Natal Yesus Kristus. Dengan digantinya Dewa Sol dengan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sejati, dan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal Yesus Kristus, sang Kaisar, lewat strategi religio-politiknya, berhasil mengonsolidasi dan mempersatukan seluruh wilayah negara Roma yang di dalamnya warga yang terbesar jumlahnya adalah orang Kristen, yang, menurut Eusebius, adalah warga “Gereja Katolik yang sah dan paling kudus” (Eusebius, Historia Ecclesiastica 10.6). Ketika lewat dekrit Paus Gregorianus XIII (tanggal 24 Februari 1582) kalender Gregorianus ditetapkan untuk menggantikan kalender Julianus, tanggal 25 Desember tetap dipertahankan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus karena yang dipentingkan adalah makna simbolik tanggal ini, ketimbang ketepatannya. 

Dan sejak Kaisar Konstantinus Agung berkuasa, para uskup/paus sama-sama mengendalikan seluruh kekaisaran Roma di samping sang Kaisar sendiri; ini melahirkan apa yang disebut Kaisaropapisme. Kalau sebelumnya heliolatri menempatkan Dewa Sol sebagai Kepala Panteon yang menguasai seluruh dewa-dewi yang disembah dalam seluruh negara Romawi dan sebagai pusat kekuasaan politik, maka ketika Yesus Kristus sudah menjadi Sol Invictus pengganti, sang Kristus inipun mulai digambarkan sebagai sang Penguasa segalanya (= Pantokrator), yang telah menjadi sang Pemenang (= Kristus Viktor) di dalam seluruh kekaisaran Romawi.

Sekarang jelaslah sudah bagi anda bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Hal ini tak perlu anda ragukan lagi.

Seperti telah dinyatakan pada awal tulisan ini, kembali perlu ditekankan bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun di dunia pada zaman kuno dan pada masa kini yang mengetahui kapan persisnya Yesus dari Nazareth dilahirkan. Ibunya pun, Bunda Maria, sangat mungkin tidak mengenal kalender. Ketika Yesus baru dilahirkan, dia bukanlah seorang penting apapun. Hanya beberapa orang saja yang mempedulikannya. Hanya ketika dia sudah diangkat menjadi sang Kristus gereja dan dipercaya sebagai sang Juruselamat dunia, dia baru menjadi penting dan kisah-kisah hebat tentang kelahirannya pun disusun.

Pada zaman gereja awal dulu, orang tidak sepakat kapan persisnya Yesus dilahirkan, meskipun berbagai cara penghitungan telah diajukan; dan juga orang tidak selalu sependapat bahwa hari kelahiran Yesus Kristus perlu dirayakan. Siapapun, dengan suatu pertimbangan teologis kultural, pada masa kini dapat menetapkan sendiri hari Natal Yesus Kristus buat dirinya dan buat komunitas gerejanya, tidak harus tanggal 25 Desember. Kekuatan kekristenan sesungguhnyaterletak di situ: Yesus dijadikan sosok orang dalam, menjadi Yesus-Yesus lokal, bukan satu sosok tunggal impor yang asing dan aneh dari negeri dan zaman yang jauh di masa lampau. Kekristenan tidak memusuhi dunia seni dan budaya; tetapi justru masuk dan memakai dunia ini untuk membuat satu sosok Yesus zaman dulu yang lahir di negeri Yahudi menjadi banyaksosok Yesus kultural masa kini yang lahir di tempat-tempat yang berbeda. 

------------

/1/ Praktek semacam ini umum dilakukan di zaman kuno di kawasan Laut Tengah kuno, misalnya terhadap Plato (Diogenes Laertius, Lives of Eminent Philosophers 3.1-12, 45; Origen,Against Celsus I.37); Aleksander Agung (Plutarch, Parallel Lives, Alexander 2.1-3.2); Kaisar Agustus (Suetonius, Lives of the Caesars II.94.1-7); Pythagoras (Iamblichus, Life of Pythagoras, 3-10); Herakles (Diodorus Siculus, Library of History 4.9.1-10). Lihat David R. Cartlidge dan David L. Dungan, eds., Documents for the Study of the Gospels (edisi revisi diperluas; Minneapolis, MN: Fortress Press, 1994), hlm. 129-136.

/2/ Dekrit ini dikutip dalam Richard A. Horsley, The Liberation of Christmas. The Infancy Narratives in Social Context (New York: Crossroad, 1989), hlm. 27. 



-o)(o-

Temuan Makam Keluarga Yesus di Talpiot


Makam Talpiot, tempat Yesus dan keluarganya dimakamkan


Makam keluarga Yesus di Talpiot (sebelah selatan Kota Lama Yerusalem) diekskavasi 1–11 April 1980 oleh arkeolog-arkeolog Amos Kloner, Yosef Gath, Eliot Braun, dan Shimon Gibson, di bawah pengawasan Otoritas Kepurbakalaan Israel (OKI). Di dalamnya ditemukan 10 osuarium (peti tulang, terbuat dari batu gamping) berusia tua, dari kurun waktu pra-tahun 70 abad 1 M (akhir Perang Yahudi I melawan Roma). Sejak ekskavasi ini, tidak ada penyelidikan lebih lanjut atas makam ini. Di dalam sebuah film dokumenter BBC/CTVC yang berjudul ”The Body in Question” dan ditayangkan di Inggris pada Minggu Paskah 1996, muncul sebuah laporan sangat singkat tentang makam ini. Karena terlalu singkat, dan dianggap sebagai sebuah laporan tentang hal yang rutin saja, laporan ini boleh dikata berlalu begitu saja.

James D. Tabor melalui bukunya yang terbit 2006, The Jesus Dynasty (terjemahan Indonesia buku ini sudah terbit, 2007), mengangkat kembali signifikansi makam Talpiot bagi studi tentang Yesus. [Edisi paperback buku ini terbit 24 April 2007, dengan Introduksi yang diperbaiki dan penambahan sebuah epilog tentang makam keluarga Yesus]. Discovery Channel pada 4 Maret 2007 di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Israel dan Eropa, menayangkan sebuah film dokumenter yang berjudul “The Lost Tomb of Jesus”, dengan eksekutif produsernya James Cameron. Tesis yang diajukan film ini adalah bahwa makam Talpiot adalah betul makam keluarga Yesus dari Nazareth. Dalam waktu yang hampir bersamaan (27 Februari 2007), Simcha Jacobovici dan Charles Pellegrino menerbitkan buku dengan judul The Jesus Family Tomb: The Discovery, the Investigation, and the Evidence That Could Change History (terjemahan Indonesia buku ini sudah diterbitkan oleh penerbit Read-on, 2007).



 Simcha Jacobovici di depan pintu masuk makam Talpiot...


Tak pelak lagi, kontroversi sedunia atas temuan makam Talpiot pun bermunculan. Reaksi sangat keras datang terutama dari kalangan Kristen konservatif evangelikal. Sebaliknya, sejumlah pakar lain, misalnya John Dominic Crossan dan James Charlesworth, memberi dukungan penuh terhadap usaha-usaha penelitian terhadap makam Talpiot. Crossan bahkan menandaskan, temuan makam Talpiot itu adalah “paku terakhir yang ditancapkan pada peti mati literalisme biblis.” Meskipun kontroversi mencuat tajam, pengkajian-pengkajian prosopografis lebih lanjut untuk menemukan “fit” atau “kecocokan” antara data material arkeologis dan data dari teks-teks kuno, termasuk teks-teks Perjanjian Baru, harus terus dilanjutkan. 


Perkembangan sekarang


Pada ekskavasi 1980, ditemukan 10 osuarium dari makam Talpiot. Tetapi, sekarang ini, OKI hanya memiliki 9 osuarium dari makam Talpiot; 1 osuarium dinyatakan telah hilang. Dari 9 osuarium ini, 3 osuarium di antaranya tidak memiliki inskripsi/tulisan, sedangkan 6 lainnya memuat inskripsi: (1) “Yesus anak Yusuf” (bahasa Aram), (2) “Maria” (Aram), (3) “Mariamene e Mara” (= “Maria sang Master” = Maria Magdalena) (Yunani), (4) “Yoses” (Aram); (5) “Matius” (Aram); (6) “Yudas anak Yesus” (Aram). Keempat nama yang pertama sudah dikenal sebagai nama-nama yang muncul dalam Alkitab Perjanjian Baru, baik sebagai anggota-anggota keluarga Yesus (Markus 6:3) maupun sebagai seorang yang dekat dengannya (Maria Magdalena). Nama “Matius” muncul dalam “silsilah Yesus” (Matius 1; Lukas 3); dan juga dalam Markus 2:14 sebagai “anak dari Alfeus (= Klofas).” Alfeus atau Klofas adalah saudara dari Yusuf, ayah legal Yesus—jadi, “Matius” termasuk ke dalam kaum keluarga Yesus. Hanya nama “Yudas anak Yesus” yang tidak muncul dalam Perjanjian Baru.
Tentang nama “Mariamene e Mara” perlu diberi keterangan lebih jauh. Sebutan “Mariamene e Mara” dipakai untuk Maria Magdalena dalam dokumen yang diberi nama Kisah Filipus. Memang Kisah Filipus memuat bahan-bahan legendaris dan fabel; tetapi tidak berarti di dalamnya tidak ada rujukan-rujukan kepada sejarah. Misalnya, dalam Kisah Filipus dinyatakan bahwa Rasul Filipus mati dan dikuburkan di Hieropolis; ini adalah sebuah catatan sejarah yang sama dengan catatan sejarah Uskup Polykrates dari Efesus dalam suratnya kepada Santo Viktor yang ditulis kira-kira tahun 189-198. Kalaupun Kisah Filipus (abad 4) tidak dipakai, sebutan Mariamne untuk Maria Magdalena masih kita bisa temukan dalam dokumen-dokumen kuno lainnya: 1) Fragmen Yunani dari Injil Maria (akhir abad 2); 2) Tulisan Hippolytus, Refutatio Omnium Haeresium 5.1.7 (awal abad 3); 3) Origenes, Contra Celsum 5.62; dan 4) (dalam aksara Latin) tulisan Priscillian,Apologeticum 1.
Penting dicatat bahwa para arkeolog, paleografer, sejarawan, ahli Kitab Suci, ahli paleo-DNA, ahli statistik, ahli forensik, dan para pakar lain yang meneliti makam keluarga Yesus tidak pernah memakai rujukan dalam Injil Filipus tentang Yesus yang mencium Maria Magdalena (mungkin pada mulutnya) dalam usaha-usaha mereka untuk membuktikan bahwa makam Talpiot itu adalah makam keluarga Yesus, atau bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus.
Pada ekskavasi 1980, tulang-belulang dari dalam semua osuarium sudah diserahkan kepada otoritas Yahudi Ortodoks setempat untuk dikuburkan kembali. Pemeriksaan DNA tetap bisa dilakukan dengan memakai sisa-sisa endapan organik dari “human residue” yang menempel pada permukaan-permukaan dinding sebelah dalam atau mengendap di dasar osuarium. Pada tahun 2005, Dr. Carney Matheson dan timnya, dari Laboratorium Paleo-DNA Universitas Lakehead di Ontario, telah melakukan pemeriksaan DNA mitokondria terhadap “human residue” dari “Yesus anak Yusuf” dan “Maria Magdalena.” Dari penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan persaudaraan maternal antara “Yesus” dan “Maria Magdalena”. Artinya: Maria Magdalena dari makam Talpiot bukan ibu dari Yesus, dan juga bukan saudara kandung perempuannya. Bisa jadi, karena ditemukan dalam 1 makam keluarga, Maria Magdalena dalam makam Talpiot ini adalah orang luar yang menjadi isteri sah Yesus; dan bisa jadi juga “Yudas anak Yesus” adalah anak Maria Magdalena juga.

Pada 21 Oktober 2002 di Washington DC, Hershel Shanks, editor kondang dari Biblical Archaelogy Review, dan Discovery Channel, mengumumkan telah ditemukan sebuah osuarium yang berinskripsi Aramaik “Yakobus, anak Yusuf, saudara dari Yesus.” Osuarium Yakobus ini, yang dimiliki Oded Golan (pedagang barang antik kelahiran Tel Aviv), segera terkenal ke seluruh dunia. Osuarium ini, ketika sudah kembali ke Israel sehabis dipamerkan antara lain di Royal Ontario Museum disita oleh OKI, dan Oded Golan ditangkap dengan sebuah tuduhan telah memalsukan inskripsi “saudara dari Yesus” pada osuarium itu berdasarkan hasil tes isotop yang telah dilakuan Prof. Yuval Goren, pakar geologi dari Universitas Tel Aviv. Dalam artikel Amos Kloner (‘Atiquot, 1996) memang ditulis bahwa osuarium Yakobus itu “tidak berinskripsi” (Plain); tetapi identifikasi ini dibuat tergesa-gesa di lapangan (“field description”) dan bisa keliru, tidak dihasilkan dari penelitian yang seksama. Joseph Gat (seorang penggali makam Talpiot), misalnya, sebulan setelah penemuan makam itu di tahun 1980, telah keliru menyatakan bahwa hanya ada empat osuarium dari makam Talpiot yang berinskripsi, padahal sebetulnya (sesudah diteliti kembali) ada enam osuarium berinskripsi. 

Namun, pada Januari 2007, di ruang sidang pengadilan Israel atas Oded Golan, Prof. Goren menyatakan bahwa pada sedikitnya dua huruf dari nama “Yeshua” (=Yesus) pada inskripsi Aramaik di osuarium Yakobus ini terdapat lapisan mineral patina yang asli dan berusia tua. Dengan demikian, keseluruhan frase “saudara dari Yesus” pada osuarium Yakobus itu harus dinyatakan asli.

Sementara ini, Tabor dan Jacobovici, berpendapat, ada kemungkinan bahwa 1 osuarium yang telah hilang dari makam Talpiot itu adalah osuarium Yakobus. Shimon Gibson sendiri berpendapat, ada kemungkinan bahwa osuarium Yakobus adalah osuarium ke-11 dari makam Talpiot yang telah dicuri dari makam ini sebelum ekskavasi dilakukan pada 1980. Ketika diukur kembali, didapati ukuran osuarium Yakobus ini kurang lebih sama dengan ukuran osuarium yang telah hilang itu. Penelitian lapisan mineral patina pada osuarium Yakobus yang telah dilakukan, yang dibandingkan dengan patina-patina dari osuarium-osuarium lain dari makam Talpiot dan dari makam-makam lain di sekitarnya yang dipilih secara acak, menunjukkan kesamaan “sidik jari” mineral patina dari osuarium Yakobus dengan “sidik jari” mineral patina dari osuarium-osuarium lainnya dari makam Talpiot. Ini memastikan bahwa osuarium Yakobus berasal dari makam Talpiot. Sisa-sisa tulang-belulang Yakobus masih tersedia. Jika pengujian DNA diizinkan oleh OKI untuk dilakukan pada “human residue” Yakobus (hingga kini OKI masih belum memberi izin), dan jika terbukti bahwa DNA Yakobus “match” dengan DNA Yesus (yang sudah diketahui), maka jelas akan tidak terbantahkan lagi bahwa makam keluarga di Talpiot itu adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth, Yesus yang mempunyai saudara satu ayah, yang bernama Yakobus, sebagaimana dicatat baik oleh tradisi Kristen (Galatia 1:19; Markus 6:3) maupun oleh Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi (Antiquities 20.200). 


Beberapa sanggahan

Sejak ekskavasi 1980, nama-nama pada osuarium-osuarium makam Talpiot dipandang oleh sejumlah arkeolog Israel sebagai nama-nama yang umum dipakai di Yerusalem pra-tahun 70. Sifatnya sebagai nama-nama umum inilah yang telah lama dijadikan alasan oleh banyak pakar Kristen untuk menyanggah pendapat bahwa makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth. Tetapi, Jacobovici, Pellegrino, dan James D. Tabor, berpendapat bahwa terkumpulnya nama-nama anggota keluarga Yesus dalam makam Talpiot sebagai satu cluster, adalah suatu kejadian unik, yang belum pernah ditemukan sebelumnya dalam suatu situs galian arkeologis yang terlokasi dan terkontrol. Pandangan mereka ini didukung oleh kajian statistik yang memanfaatkan teori probabilitas, dan yang juga memperhitungkan baik demografi kota Yerusalem pra-tahun 70 (berpenduduk antara 25.000 -75.000 orang—dibuat rata-rata menjadi 50.000 orang) maupun data nama-nama yang telah dicatat yang berasal dari semua makam yang telah ditemukan di kawasan-kawasan perbukitan kota Yerusalem.

Menurut pakar statistik dari Universitas Toronto, Prof. Andrey Feuerverger, munculnya cluster atau kumpulan keempat nama saja yang berkaitan dengan Yesus (“Yesus anak Yusuf”, “Maria”, “Maria Magdalena” dan “Yoses”) dalam satu makam, dalam konteks kota Yerusalem pada periode Bait Allah Kedua akhir, adalah suatu kejadian yang unik, dengan peluang 1:600. Artinya: dari 600 kasus, hanya akan ada 1 kemungkinan kasus seperti kasus makam Talpiot. Jika osuarium Yakobus dimasukkan ke dalam makam Talpiot, maka, menurut Feuerverger, peluangnya berubah menjadi 1:30.000. Artinya: dari 30.000 kasus, hanya akan ada 1 peluang kasus yang seperti kasus makam Talpiot. Angka-angka statistik ini menunjukkan betapa uniknya makam Tapiot ini.

Atas permintaan James D. Tabor, ahli statistik John Koopmans juga telah menghitung peringkat keunikan makam Talpiot sebagai makam keluarga. Penduduk kota Yerusalem pra-tahun 70 adalah (angka rata-rata) 50.000 orang. Jika penduduk kota Yerusalem periode ini dihitung sebesar tiga puluh kali angka rata-rata ini, dan setiap keluarga dipandang memiliki rata-rata enam orang, maka peluang bagi munculnya enam nama Maria, seorang Maria yang lain, Yesus anak Yusuf, Yudas anak Yesus, Yoses, dan Matius, dalam satu keluarga, adalah 1:253.403. Artinya, dari 253.403 keluarga (untuk total penduduk 1.520.418 [= 6x253.403]), kombinasi keenam nama ini hanya muncul satu kali. Jika osuarium Yakobus dimasukkan ke dalam makam Talpiot, maka peluang bagi munculnya tujuh nama Maria, seorang Maria yang lain, Yesus anak Yusuf, Yudas anak Yesus, Yoses, Matius, dan Yakobus anak Yusuf saudara Yesus, dalam satu keluarga, adalah, dalam perhitungan Koopmans, 1:42.723.672. Artinya, hanya akan ada satu makam keluarga seperti makam Talpiot dari 42.723.672 keluarga. Angka-angka statistik ini muncul dengan pengandaian penduduk kota Yerusalem tiga puluh kali angka rata-rata yang sebenarnya. Jadi, kasus makam keluarga Yesus di Talpiot ini sangat unik. Tidak akan ada lagi kasus semacam makam Talpiot.

Sanggahan lainnya adalah tidak mungkin makam Talpiot makam keluarga Yesus, sebab di dalam PB tidak ada satu pun petunjuk yang menyatakan bahwa Yesus mempunyai anak. Ini adalah sebuah argumentum e silentio yang keliru. Perjanjian Baru tidak menyebut, sebagai contoh, nama-nama Philo, Rabbi Hillel, Flavius Yosefus, Hanina ben Dosa, Apollonius dari Tyana. Tetapi, semua orang ini adalah orang-orang yang nyata hidup dalam dunia ketika kekristenan baru lahir. Selain itu, harus juga dipertimbangkan adanya rujukan-rujukan kepada “murid yang dikasihi” dalam Injil Yohanes, yang digambarkan “bersandar pada Yesus di sebelah kanan-Nya” pada waktu perjamuan malam (Yohanes 13:23) dan yang keselamatannya dicemaskan oleh para murid Yesus (Yohanes 21:20-23); dan juga rujukan dalam Injil Markus kepada “seorang muda” yang berlari “dengan telanjang” ketika Yesus ditangkap (Markus 14:51-52)—Apakah tidak mungkin, bahwa rujukan-rujukan tersamar ini sebetulnya mengacu kepada anak Yesus, berusia belasan tahun, yang identitas sebenarnya harus dirahasiakan mengingat Roma baru saja menumpas sebuah gerakan messianik dengan menyalibkan sang pemimpannya, Yesus dari Nazareth, yang mengklaim diri “Raja orang Yahudi”? Kalau kemungkinan ini diterima, maka Yesus harus dipandang menikah pada usia muda, 20 tahun, sebagaimana kerap terjadi dalam suatu masyarakat agraris di Timur Tengah kuno.

Satu dukungan lagi bagi kemungkinan Yesus kawin (dan mempunyai anak) adalah teks yang ditulis oleh rasul Paulus dalam 1 Korintus 7:7-8. Di situ, Paulus menulis, ”Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; ....Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.” Konteks tulisan Paulus ini adalah perbincangannya mengenai hal kawin dan hal tidak kawin. Dalam ayat 10 Paulus menunjuk kepada Yesus sebagai sumber wibawa (“tidak, bukan aku, tetapi Tuhan perintahkan,...”), ketika ia melarang seorang isteri menceraikan suaminya. Tetapi ketika sebelumnya (ayat 7-8) dia berbicara perihal tidak kawin, Paulus tidak menyebut Yesus sebagai contoh atau teladan, melainkan dia menunjuk kepada dirinya sendiri. Ini menunjukkan Paulus mengetahui kalau Yesus itu, dalam hal hidup tidak kawin, tidak dapat dijadikan contoh. Ini menyiratkan, Paulus tahu kalau Yesus itu kawin. Seandainya Yesus tidak kawin, pasti ia akan menunjuk kepada Yesus sebagai sebuah contoh dan teladan hidup tidak kawin.

Sanggahan berikutnya adalah bahwa karena keluarga Yesus dari Nazareth adalah keluarga miskin yang tinggal di Galilea, maka mustahil mereka bisa memiliki sebuah makam keluarga di kota Yerusalem; kalau pun keluarga Yesus mampu membeli sebuah makam keluarga, makam ini pastilah sederhana dan berlokasi di Nazareth, bukan di Yerusalem.

Dibandingkan makam-makam lain di kawasan dekat Yerusalem, makam Talpiot itu bersahaja dan sempit, dengan ukuran 3x3 meter persegi, dan dengan tinggi kurang dari 2 m. Makam semacam ini dapat disediakan oleh para pengikut perdana Yesus. Sepeninggal Yesus, mereka memusatkan pergerakan messianik mereka di Yerusalem dengan dipimpin oleh Yakobus (wafat tahun 62), saudara Yesus, yang semasa Yesus masih hidup telah menetap di Yerusalem. Di Betania, tidak jauh dari Yerusalem, berdiam para pengikut setia Yesus, seperti Maria, Marta dan Lazarus, yang dapat menyediakan sebuah makam keluarga.

Pada situs-situs galian arkeologis di sekitar Bukit Zaitun (dilakukan oleh arkeolog-arkeolog Mancini, Bagatti dan Milik, serta Sukenik dan Avigad) yang tidak jauh dari Kota Lama Yerusalem, khususnya pada situs suci Kristen Dominus Flevit (= “Tuhan menangis”), telah ditemukan ratusan kubur yang berisi banyak osuarium yang berinskripsi nama-nama Yahudi-Kristen (Jack Finegan, Archaelogy of the New Testament, 359-374). Nama-nama ini adalah nama-nama para murid perdana Yahudi Yesus, yang tetap melanjutkan gerakan messianik yang dipusatkan di Yerusalem sebelum kota ini dihancurkan pada tahun 70 M oleh Roma.

Dalam Markus 6:29 dikatakan bahwa ketika murid-murid Yohanes Pembaptis mendengar sang guru mereka sudah dibunuh oleh Herodes Antipas, mereka segera datang mengambil mayatnya lalu meletakkannya dalam sebuah kubur. Hal yang serupa terjadi juga pada mayat Yesus. Yusuf orang Arimatea, seorang “yang telah menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57), memberikan sebuah makam miliknya sendiri “yang digali di dalam bukit batu” untuk penguburan sementara mayat Yesus (karena hari Sabat sebentar lagi tiba!) (Markus 15:42-47). Dari kubur ini, kaum keluarga Yesus kemudian memindahkan mayat Yesus ke makam yang permanen yang disediakan para pengikut pergerakan messianik Yesus yang kini berpusat di Yerusalem. Telah dipindahkannya mayat Yesus ke kubur lain inilah yang menyebabkan kubur pertama itu kosong. Ketika waktunya telah tiba (satu tahun kemudian), tulang-belulang Yesus dimasukkan ke dalam osuarium.

Sanggahan lainnya bercorak apologetis teologis, bukan historis, datang dari kalangan Kristen evangelikal. Bagi kalangan ini, di bumi ini tidak mungkin ada sisa-sisa jasad Yesus, sebab Yesus sudah bangkit dengan raganya dan sudah naik ke surga juga dengan keseluruhan raganya (daging, tulang, organ-organ dalam, dan semua lainnya). Teologi mereka pakai untuk menghambat penyelidikan interdisipliner terhadap makam Talpiot dan osuarium-osuarium yang terdapat di dalamnya. Kalangan inilah, dengan literalisme biblis mereka, yang sama sekali tidak mau diperhatikan oleh para pakar peneliti makam Talpiot.

Penutup

Jika sisa-sisa jasad Yesus memang ada di bumi ini, maka kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga tidak bisa lagi dipahami sebagai kejadian-kejadian sejarah objektif, melainkan sebagai metafora. Para penulis PB sendiri pasti memahami keduanya sebagai metafora; jika tidak demikian, mereka adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi dan delusi. Dalam metafora, sebuah kejadian hanya ada di dalam pengalaman subjektif, bukan dalam realitas objektif. Yesus bangkit, ya, tetapi bangkit di dalam memori dan pengalaman hidup dihadiri dan dibimbing oleh Rohnya. Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: dia telah diangkat dalam roh, untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Untuk keduanya terjadi, yang dibutuhkan adalah tubuh rohani (lihat 1 Korintus 15:35-58), bukan tubuh fisikal protoplasmik.


by Ioanes Rakhmat


Sumber : Kontroversi sekitar temuan makam keluarga Yesus di Talpiot

Taman Eden Versi Alkitab

Taman Eden, dari bahasa Ibrani Gan Eden, גן עדן (Arab : Jannatul 'Adn ) adalah sebuah tempat yang diceritakan dalam Kitab Kejadian pasal 2 dan 3;[1] bagian dari agama Abrahamik. Cerita Taman Eden mengisahkan tentang bagaimana Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, memerintahkan mereka untuk tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang Yang Baik dan Yang Jahat, dan bagaimana mereka dikeluarkan dari taman tersebut setelah melanggar perintah-Nya, karena tergoda oleh ular, dan memakan buah dari pohon Pengetahuan tersebut. Sebagai bagian dari pengusiran tersebut, kerubim (malaikat-malaikat kecil) dan sebuah pedang berapi dipasang di depan taman tersebut, untuk mencegah manusia kembali dan memakan dari Pohon Kehidupan.

Alkitab menceritakan taman tersebut terletak di Eden, dan oleh karena itu "Eden" menandakan sebuah wilayah yang lebih besar yang merupakan tempat dari taman itu dan bukan nama taman tersebut. Dan oleh karena itu taman tersebut terletak di Eden. Inilah gambar-gambar yang diambil dari cerita Alkitab, yang sekarang beralih nama menjadi Taman Edan.








Diskusi Tentang "Penebusan Dosa"


Bagian PERTAMA
APAKAH ADA MANUSIA YG TIDAK BERDOSA SELAIN YESUS
Di dalam ajaran Kristen, akidah ini sangat penting. Kepercayaan penebusan dosa mereka bentuk sedemikian rupa, seolah-olah semua manusia berdosa. Oleh karena semuanya berdosa sehingga seorang pun tidak ada yang bebas dari dosa, maka sangat diperlukan seorang penebus dosa dan juru selamat. Dia harus bersih dari dosa itu.
Karena semua manusia secara turun menurun sudah bergelimang dalam dosa, maka di antara mereka tak ada seorang pun yang dapat menjadi penebus dosa. Namun, Yesus adalah Tuhan. Dia menjelma dalam bentuk jasad seorang manusia. Karenanya, dia tidak punya dosa. Selanjutnya hanya dialah yang dapat mengganti kerugian manusia dan menawarkan jadi penebus dosa.
Sekarang, kalau kita dapat membuktikan bahwa manusia atau manusia-manusia telah menjalani hidup yang bersih dan bebas dari dosa, maka pandangan agama Kristen itu berarti gugur. Ajaran penebusan dosa akan menjadi berantakan.
Orang-orang Kristen yang menganut akidah penebusan dosa, tak seorang pun yang percaya bahwa para nabi itu adalah orang-orang bersih dari perbuatan dosa. Dr. Philips sendiri bersikeras mengatakan bahwa tak ada kemungkinan ada manusia yang tidak berdosa.
Berkenaan dengan masalah penebusan dosa ini terjadi dua kali perdebatan antara saya dan Dr. Philips. Dalam perdebatan pertama dokter itu membisu seribu bahasa oleh keterangan-keterangan yang saya kemukakan. Lalu beliau meminta waktu cukup lama untuk mengadakan persiapan untuk menjawab. Itu pun dengan syarat saya harus memberikan catatan-catatan dan rujukan-rujukan (referensi-referensi) saya. Saya penuhi permintaan beliau dengan senang hati agar beliau tidak mencari alasan atau dalih. Dr. Philips dibiarkan berpikir dan mempersiapkan jawaban dalam waktu lima belas hari. Namun, tatkala perdebatan kedua diadakan, Dr. Philips lebih-lebih terpukul. Adapun dalil-dalil yang saya kemukakan, secara ringkas sebagai berikut.
Dari Perjanjian Baru secara jelas dapat kita ketahui bahwa hamba-hamba Tuhan itu terbagi ke dalam dua macam yang jahat dan ada yang baik. Orang yang mengatakan semua manusia itu berdosa, berarti dia mendustakan keterangan-keterangan Perjanjian Baru yang jelas tersebut. Injil mengatakan:
  1. “Sebab aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya” (Matius 13:17).
  2. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Matius 5:45).
  3. “Seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabiNya yang kudus” (Lukas 1:70).
  4. “Sebab tidak pernah nubuwat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah” (Surat Petrus Yang Kedua 1:21).
  5. “Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar” (Lukas 13:28).
  6. “Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (Surat Yohanes Yang Pertama 5:18).
  7. “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga ………. Sebab demikian juga yang teraniaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:10-12).
Pertama:
Ayat-ayat di atas secara gamblang mengungkapkan bahwa para nabi itu suci, tak berdosa. Mereka telah diciptakan oleh Allah dan adalah penghuni KerajaanNya. Syaitan tidak pernah menyentuh mereka. Mereka dianiaya demi mempertahankan ketakwaan mereka. Adalah jelas, orang yang mencapai martabat rohani seperti itu tidak mungkin berbuat dosa. Syaitan juga tak pernah mampu mengungguli mereka. Bagaimanapun juga, orang yang suka bertengkar sekalipun, dengan adanya keterangan ayat-ayat ini, akan mengakui bahwa di kalangan Bani Adam (manusia keturunan Adam) terdapat orang-orang yang berdosa dan jahat dan ada pula orang-orang yang saleh. Tidak seluruhnya jahat dan berbuat dosa. Sekalinya kita menerima kebenaran ini, maka akidah Kristen menjadi batal dan bangunan anggun Penebusan Dosa menjadi berantakan.
Kedua:
Allah Swt. menjadikan dan mengutuskan para nabi sebagai teladan dan panutan yang terbaik. Mereka datang memberi pelajaran kepada manusia lewat imbauan. Dikatakan; ….Namun bertahun-tahun lamanya Engkau melanjutkan sabarMu terhadap mereka. Dengan RohMu Engkau memperingatkan mereka” (Nehemia 9:30).
Sekarang, sekiranya nabi sendiri terlibat dalam perbuatan jahat, bagaimana mungkin mereka dapat menjadi teladan dan contoh untuk orang-orang lain dan menjadi pengawas mereka? Jelas, apabila para nabi dikatakan berdosa, hal demikian berarti nubuwat-nubuwat mereka dusta; dan ini jelas tidak benar dan akidah bahwa semua nabi berdosa juga batal (gugur).
Ketiga:
Kitab Suci Bibel menjadi saksi bahwa banyak sekali orang saleh dan suci telah berlalu. Mereka sepanjang hidupnya tunduk kepada Allah dan taat kepada perintah-perintah-Nya. Mereka tidak pernah membangkang. Saya akan menyebutkan beberapa di antara orang-orang suci itu:
1. Yohanes (Yahya) Pembaptis dikatakan oleh Bibel sebagai orang suci dan berakhlak yang tak bernoda. Coba baca ayat-ayat berikut:
  1. “Sebelum ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya” (Lukas 1:15).
  2. “Tangan Tuhan menyertai dia” (Lukas 1:66).
  3. “Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel” (Lukas 1: 80).
  4. “Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya” (Markus 6:20).
  5. “Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis’” (Markus1:4).
  6. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripadanya’” ( Matius 11:11)
  7. “Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: ‘Ia kerasukan setan’. Kemudian anak mereka berkata: ‘Manusia datang. Ia makan dan minum, dan mereka berkata: ‘Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum. Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya’” (Matius 11: 18).
  8. “Pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakaria, di padang gurun” (Lukas 3:2).
Dari ayat-ayat ini terbukti bahwa Yohanes (Yahya) adalah seorang suci dan bersih dari dosa. Ia seorang yang menerima wahyu Tuhan. Tangan Tuhan di atas tangannya dan dia sejak di dalam rahim ibunya sudah dipenuhi oleh Roh Kudus. Lagi pula dia pembaptis orang-orang yang berdosa untuk bertobat dan untuk menyelamatkan manusia yang penuh dosa. Dia terbesar dari antara orang-orang yang dilahirkan dari rahim perempuan. Mungkinkah manusia seperti ini orang berdosa? Saya berpendapat tak akan ada orang Kristen yang berakal akan menetapkan Yohanes atau Yahya orang berdosa, terutama setelah terbukti bahwa Yesus saja yang  dianggap Tuhan dibaptis secara khusus oleh Yohanes sendiri. Saya menyampaikan tantangan kepada semua orang Kristen untuk membuktikan berdasarkan Bibel bahwa Yohanes itu berdosa.
2. Habel anak Adam. Habel juga seorang suci dan benar dalam tiap perbuatannya. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Dalam Perjanjian Baru dikatakan:
  1. “Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah” (Matius 23:55).
  2. “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik itu dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4).
  3. “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya dia membunuh? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar” (Yohanes 3:12).
3. Daniel: Menurut Bibel Nabi Daniel juga tidak berdosa. Malahan, sebaliknya dari itu, kebersihannya dari dosa didiukung oleh adanya kesaksian-kesaksian. Di dalam Bibel dikatakan tentang Daniel:
  1. a. “Pada akhirnya Daniel datang menghadapku, yakni Daniel yang dinamai Beltsazar menurut nama dewaku, dan yang penuh dengan roh para dewa yang kudus” (Daniel 4:8).
  2. b. “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya” (Daniel 6:4).
4. Raja Nebukadnezar: “Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkan ia melepaskan engkau dari singa-singa itu’? Lalu kata Daniel kepada raja: ‘Ya Raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatnya untuk mengatupkan mulut-mulut singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan” (Daniel 6:21-23).

5. Tentang Yusyah: Di dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri” (II Raja-raja 22:2).

6. Zakharia dan isterinya: Tentang keduanya dalam Injil ditulis: “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak tercacat” (Lukas 1:6).

7. Raja Hizkia: Bibel menyebut tentang raja ini:
  1. “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang kepada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkanNya kepada Musa. Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya” (II Raja-raja 18:57).
  2. “Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdo’a kepada TUHAN, ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu” (Yesaya 38:2,3).
8. Samson bin Monaheh: Sebelum lahir malaikat telah memberikan kepada ibunya kabar suka tentang kelahirannya dalam kata-kata yang terang dan jelas sebagai berikut:

“Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah” (Hakim-Hakim 13:4-7).

9. Samuel Nabi: Di hadapan seluruh Bani Israel mengemukakan kesuciannya sebagai tantangan menguji kebenarannya dan orang-orang menjadi saksi atas kesuciannya itu seperti berikut:

“Di sini aku berdiri, berikanlah kesaksian menantang aku di hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang ku-urapiNya…Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya kepadamu” Jawab mereka: “Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun.” Lalu berkatalah ia kepada mereka “TUHAN menjadi saksi kepada kamu dan orang yang diurapiNya pun menjadi saksi kepada kamu, bahwa kamu tidak mendapat apa-apa dalam tanganku.” Jawab mereka: “Dia menjadi saksi” (Samuel 12:3-5).

10. Simon. Penulis Lukas mengatakan tentang dia: “Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya” (Lukas 2:25).

11. Yusuf, suami Maryam. Tentang dia Injil menyebutnya dengan kata suci Dikatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulis hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam” (Matius 1:19)
Saya mengemukakan nama-nama tokoh-tokoh tersebut di atas sebagai sekadar contoh. Masih banyak yang lain, Nuh, Daniel, dan Ayub; tentang mereka dikatakan:
“Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tanganKu melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 14:13,14).
Pembaca yang budiman.
Uraian di atas adalah ringkasan kepada kesaksian yang saya kemukakan di dalam diskusi tersebut. Sekarang saya akan menguraikan diskusi yang terjadi di antara kami, kedua belah pihak dalam bentuk soal jawab dan acuannya cukup berdasarkan Alkitab/Bibel saja untuk menjawabnya.
Kristen: Adam telah melanggar hukum. Dia makan buah pohon terlarang. Oleh karena itu, sekarang siapa yang lahir dari keturunan Adam jadi berdosa. Karena itu kecuali Yesus semua manusia berdosa. Yesus tidak dilahirkan secara nutfah (bibit) laki-laki.
Imron: Saya tidak beriktikad Adam itu berdosa. Tetapi, kalau kita andaikan Adam berbuat dosa, bagaimana mungkin semua orang harus menanggung dosa?
Kristen: Karena mereka lahir dari Adam dan mereka putra-putranya.
Imron: Mempunyai pikiran seperti itu sangat tidak adil dan aniaya terhadap kemanusiaan. Selain itu kepercayaan seperti itu pun tidak selaras dengan Alkitab. Adam yang berbuat dosa, lalu keturunannya menanggung beban dosa sampai kiamat. Dalam Bibel tegas-tegas dikatakan:
  1. “Jangan ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri” (Ulangan 24:16).
  2. “Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: ‘ Janganlah ayah mati karena anaknya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri." (II Tawarikh 25:4).
  3. “Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap orang yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu” (Yeremia 31:29,30).
  4. “Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4).
  5. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. Tetapi jkalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia idak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya” (Yehezkiel 18:20-22).
(Catatan: Bapak Pendeta tersebut benar-benar tidak dapat menjawab argumentasi saya).
Imron: Jelas, memang, bahwa Maryam lahir dari nutfah (bibit) laki-laki. Berdasarkan akidah Anda ini dia juga menjadi berdosa. Karenanya, puteranya, Yesus, juga berdosa, karena beliau lahir melalui rahim ibunya.
Kristen: Kendatipun Yesus suci (tidak mempunyai dosa). Kami berpendirian maryam itu tidak bebas dari dosa.
Imron: Ini bukanlah jawaban yang berarti. Kalau di dalam kepercayaan Anda, dosa itu dikaitkan kepada peristiwa Adam hanya semata-mata oleh karena mereka keturunan Adam, mengapakah Yesus oleh karena dosa ibunya tidak berdosa? Baiklah, mari kita teruskan. Hawa makan buah pohon terlarang bersama-sama Adam. Tetapi, menurut Bibel, dosa Hawa lebih besar karena dialah yang mula-mula makan buah itu. Adam kemudian digoda untuk makan juga. Dikatakan:
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya” (Kejadian 3:6).
Rasul Paulus mengatakan: “Lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa (I Timotius 2:14).
Di sini jelas bahwa dosa Hawa dibanding Adam dua kali lebih besar. Kalau landasan akidah Anda dianggap benar, maka anak yang lahir dari benih laki-laki dan perempuan dia akan dapat separoh dari dosa laki-laki dan separoh dari dosa bagian perempuan. Berarti dia berdosa tingkat menengah. Tetapi anak yang lahir dari seorang perempuan saja dia akan mewarisi seluruh bagian dosa. Dalam kata-kata yang lain, anak yang lahir dari seorang perempuan semata bukannya jadi bebas dosa, malahan dosanya lebih besar dibanding anak-anak yang lain.
Kristen: Bukannya menjawab bantahan tersebut di atas, malahan mengatakan dalam Mazmur dikatakan: “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Imron: Firman Tuhan ini ialah tentang kaum tertentu dari masa tertentu pula karena dalam Mazmur ayat 80 juga tercantum: “Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umatku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN? Di sanalah mereka ditimpa kejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar” (Mazmur 14:4-5). Maka kalimat: ”Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:3), tertuju hanya kepada kaum tertentu dan dialamatkan kepada orang-orang tertentu pula. Pada saat orang itu mencela atau mengejek, pemakaian bahasa menghendaki kata-kata yang bersifat umum.
Kristen: Daud seorang nabi, namun beliau mengambil isteri Uria dan berbuat zina dengannya. Apakah perbuatan ini bukan dosa?
Imron: Saya tadinya berpikir Anda tidak akan begitu berani berkata begitu dan menuduh Daud berbuat zina, karena kalimat pertama Injil mengatakan, “Yesus Kristus, yaitu anak Daud”. Kalau Anda mengatakan Daud seorang pezina (naudzubillah), lalu bagaimana dengan Yesus?
Kristen: Dalam silsilah keturunan Yesus yang diuraikan oleh Injil, terdapat beberapa neneknya dari pihak ayah maupun ibu yang pernah berzina. Ini tidak mengapa, karena dia datang untuk menyelamatkan umat manusia. Demikian pula dia anak Daud dan tidak diragukan lagi Daud terlibat dalam perbuatan zina. Ini bukan saya yang mengatakannya, melainkan Bibel yang mengatakan.
Imron: Saya memohon Anda merenung sejenak. Daud adalah seorang nabi pilihan Tuhan. Dia bercakap-cakap dengan Tuhan. Saya bukan seorang yang istimewa. Tetapi, saya tidak mungkin melakukan perbuatan tercela ini. Bagaimana mungkin seorang nabi Allah bisa melakukan perbuatan menjijikkan itu. Coba Anda katakan, dapatkah Anda tergoda untuk melakukan perbuatan seperti dia?
Kristen: Tidak diragukan lagi, saya tak mau melakukan perbuatan buruk seperti itu.Tetapi, tentang Daud, Bibel sendiri yang memberikan kesaksian. Apa yang dapat saya perbuat?
Imron: Tuhan memberikan akal kepada kita. Melalui akal itu kita dapat membedakan antara barang tiruan dan asli, yang dusta dari yang benar. Bibel sendiri penuh dengan petunjuk yang membantah tuduhan-tuduhan terhadap Daud. Cerita Bibel ini pasti dibuat-buat. Tak akan ada orang terhormat melakukan perbuatan rendah seperti ini. Apalagi satu wujud mulia, seorang nabi besar. Sebenarnya dalam Injil terdapat banyak keterangan yang menerangkan Yesus seorang berdosa. Sebagai misal:
  1. “Demikianlah Yohanes pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:4).
  2. “Yesus memberikan minuman keras kepada orang lain” (Yohanes 2:8). Padahal dikatakan tentang minuman keras; “Anggur dan air anggur menghilangkan daya pikir” (Hosea, 4:1).
  3. Menurut Injil, Yesus juga mengatakan yang dusta, karena pada ibunya sendiri dia berani berdusta untuk menjawab kepada saudara-saudaranya: “Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap”. Demikianlah kataNya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam”. (Yohanes 7:8-10).
  4. Dari Injil juga jelas tampak Yesus menghardik dan dengan nada menghina ibunya berkata: “Mau apakah engkau daripadaKu, Ibu? SaatKu belum tiba” (Yohanes 2:4).
Selanjutnya dalam Injil banyak cerita yang merendahkan keluhuran dan kemuliaan Yesus. Jalan keluar yang terbaik dari pelbagai tuduhan ialah harus menolak cerita-cerita itu dan kita harus mengatakan bahwa keterangan-keterangan tersebut dibuat-buat. Kita harus percaya bahwa Daud dan Yesus/Isa Yesus a.s. adalah nabi-nabi yang maksum (suci dan bersih dari dosa) seperti diyakini oleh umat Islam.
Kristen: Rasul Paulus adalah agamawan yang baik, dan menganggap dirinya bertakwa. Belakangan dia menyadari bahwa dia orang berdosa. Dan dia mengakui dosanya.
Imron: Paulus memang seorang berdosa dan pengakuan dosa-dosanya itu pada tempatnya. Saya juga tidak berbeda pendapat dengan Anda tentang Paulus. Tetapi, yang menjadi pertanyaan ialah, adakah Bibel mengaitkan suatu perbuatan dosa kepada orang-orang yang telah saya sebut namanya, tentang mereka saya kemukakan, apakah Bibel menyebutkan dengan referensi-referensi (acuan-acuan) yang tepat? Anda telah menyita waktu lebih dari dua minggu memikirkan pokok ini.
Kristen: Yah, dari antara mereka ada seorang, Samson. Dikatakan dalam “Hakim-Hakim” bahwa dia pezina: “Pada suatu kali, ketika Samson pergi ke Gaza, dilihatnya di sana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia. Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: “Simson telah datang kesini,” maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-malaman itu di pintu gerbang kota itu, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena pikirnya: “Nanti pada waktu fajar kita akan membunuh dia”. Waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta palangnya, diletakkannya diatas kedua bahunya, lalu semuanya itu diangkutnya ke puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron” (Hakim-Hakim 16:1-3).
Imron:
1. Ayat ini cuma menunjukkan bahwa, untuk menyelamatkan diri dari musuh-musuhnya, Samson berlindung di rumah seorang wanita yang kebetulan wanita girang (nakal). Ini adalah kisah yang sama seperti yang diterangkan oleh Kitab Yusak, bunyinya: Yosua bin Nun diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: “Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan Kota Yerikho. ”Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ.” (Yosua 2:1). Dua laki-laki ini bukan pezina melainkan karena ingin menyelamatkan diri dari musuh, mereka datang ke rumah seorang wanita nakal. Seperti itulah kejadiannya dengan Samson.
2. Kalaupun ini diterima, yaitu Samson berzina, maka nubuat Tuhan bahwa: “Anak itu dari sejak masih dalam perut ibunya sampai wafatnya tetap jadi nazir Tuhan” harus dikatakan tidak benar.
3. Dalam surat kepada Orang Ibrani telah dikatakan: “Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa”. (Surat kepada Orang Ibrani 11:32-33).
Dari kata-kata ini jelaslah bahwa Samson adalah seorang jujur lagi suci dan sebagai orang yang menerima janji-janji dari Tuhan. Oleh karena itu, wahai Bapak Pendeta, penarikan kesimpulan Anda tidak tepat. Saya ingin mengatakan, kalau Anda sudi sedikit saja berpikir maka akan tampak bahwa cerita mengenai Samson ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan cerita-cerita mengenai Yesus. Seperti dikatakan oleh Injil Lukas dengan terang dan jelas tercantum:
Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu(Lukas 7:37-38).
Atas dasar itu sama sekali tak dapat dibenarkan kalau Anda melemparkan tuduhan kepada Samson mengenai hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Selain itu saya ingin bertanya tentang mereka, orang-orang bersih lainnya, dapatkah Anda membuktikan di antara mereka itu siapa yang berdosa?
Kristen: Tidak, karena Alkitab tidak menyebutkan dosa siapa-siapa dari mereka.
Imron: Bagaimanapun, di hadapan Anda paling kurang ada sepuluh orang mulia. Tentang mereka, Anda tak mampu membuktikan dosa apa pun. Malahan Bibel mengumandangkan kesucian mereka. Oleh karena itu, jelaslah pengakuan Anda bahwa kecuali Yesus semua orang berdosa tidak berdasar. Dan sekaligus akidah Anda tentang penebusan dosa ternyata dengan bukti telah batal.
* * *
Hingga di sini tukar pikiran pertama telah berakhir. Akhirnya Dr. Philips terpaksa memberikan pernyataan tertulis yang ditanda tangani dengan pengakuan bahwa Daud, yang sebelumnya dituduh olehnya berdosa, diakui tanpa sungkan:
Intinya: Yohanes Pembaptis, Zakharia dan isterinya, Daniel, Yoshua, Yehezkiel, dan Habel tidak disebut berdosa dalam Bibel.


Bagian KEDUA

MASALAH KETUHANAN YESUS
Tukar pikiran ini berlangsung di tempat Dr. Philips, sebuah gedung yang luas bernama American mission. Kami berbahas selama dua jam lebih. Sebelum saya menguraikan dalil-dalil yang saya kemukakan dalam perdebatan ini, dimana satu dalil pun tak dapat dibantah oleh Dr. Philips, baiklah lebih dulu akan saya utarakan ringkasan pembicaraan yang terjadi di antara kami.
Kristen: Yesus adalah Tuhan dan Anak Allah karena dia dilahirkan tanpa bapak.
Imron: Adam dilahirkan tanpa ibu dan bapak. Apakah ini berarti dia lebih besar, baik dari Tuhan sendiri maupun anak-Nya? Begitu pula mengenai Melkisedek, raja Salem, kita baca dalam Bibel: “Ia tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya” (Ibrani 7:3).
Kristen: Dalam Injil, tentang Yesus, banyak sekali disebutkan kata “Anak Tuhan” (Dr. Philips membacakan kutipan-kutipan mengenai ini).
Imron: Ayat-ayat ini tidak dapat kita artikan secara harfiah, melainkan harus diartikan sebagai kata-kata kiasan. Ada dua alasan tentang ini:
  1. Yesus sendiri menafsirkan istilah “Anak Tuhan”. Dalam rangka tafsirnya ini tingkat kedudukannya tidak melebihi nabi-nabi lainnya, malahan tampak lebih rendah dibanding dengan beberapa nabi yang lain. Dikatakan: “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapaku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melemparkan Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Allah – sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan, masihkah kamu berkata kepada Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” (Yohanes 10:30-36). Adalah jelas bahwa orang Yahudi memandang Yesus sebagai seorang manusia yang berbohong karena mengaku dirinya sebagai Tuhan. Sekiranya dia sebenarnya Tuhan, dia tentunya mengaku terus terang bahwa dia memang Tuhan. Namun, dia menjawab bahwa tentang para nabi-nabi dan orang-orang suci di masa lalu dikatakan: Kamu tuhan.” Karena itu apa salahnya kalau dia mengatakan dia “Anak Tuhan” dalam artian, sebagaimana halnya nabi-nabi masa lalu disebut Tuhan. Dalam artian seperti itulah Yesus juga disebut anak tuhan, secara kiasan, bukan harfiah, bukan dalam arti hakiki.
  2. Kata “Anak Tuhan” banyak sekali digunakan oleh Bibel untuk orang-orang lain. Kita cantumkan di sini:
  • “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakku, anakKu yang sulung” (Keluaran 4:22).
  • “Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu” (Ulangan 14:1).
  • “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediamanNya yang kudus” (Mazmur 68:6).
  • “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapaNya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya”. (II Samuel 7:13,14).
  • “Aku telah memilih dia menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapanya” (I Tawarikh 28:6 dan 22:10).
  • “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:19).
  • “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45).
  • “Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapa, yaitu Dia yang di sorga.” (Matius 23:9).
  • “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya” (I Yohanes 5:1).
  • “Anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.” (Lukas 3:38).
  • “Kita ini dari keturunan Allah juga” (Kisah Rasul-Rasul 17:28).
  • “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).
  • “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:14)
  • “Dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Yohanes 11:52)
  • “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya ia, Anaknya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29)
  • “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16)
  • “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Korintus 6:18)
  • “Anak-anak Allah yang hidup” (Hosea 1:10)
  • “Aku telah menjadi bapa Israel, Efrain adalah anak sulungKu” (Yeremia 31:9)
Dari kutipan di atas adalah jelas bagaikan terangnya siang bolong bahwa
Bibel menyebutkan kata “Anak” dalam artian kasih dan sayang semata. Dan tidak diragukan bahwa status Yesus adalah seorang nabi yang dikasihi Tuhan.
Kristen: Perjanjian Lama juga dengan jelas mengatakan, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Rab (Lord).
Imron: Ini tidak benar. Coba lihat tafsir Injil Matius yang diterbitkan oleh “The Nile Publishing House”, halaman 178, di sana ditulis: “LAM YULIN ‘AN NAFSIHI MAN HUWA WALAM TAKUN NUBUWAAT AL’AHDIL QADIMI MUWADDHIHAH LAHUTAHU JALIYAN.” Artinya: Tentang diri sendiri Yesus tidak mengemukakan siapa, begitu pula nubuat-nubuat Perjanjian Lama tidak menunjukkan secara jelas tentang ketuhanannya…’
Kristen: Telah diutarakan oleh Yesaya: “sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu petanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik” (Yesaya 7:14, 15).
Imron: Mari kita andaikan nubuat ini cocok untuk Yesus. Meskipun demikian tidak membuktikan bahwa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan. Tetapi, sebenarnya ialah, nubuat ini tidak kena kepada Yesus. Sebabnya ialah:
  1. Ibundanya sendiri tak memberikan nama “Imanuel”, melainkan “Yeshua.” Kata ini secara maknawi tidak dapat diterapkan pada Yesus karena arti Imanuel ialah: “Tuhan bersama kita.” Yesus berkata: “Eloi, Eloi. Lama sabakhtani?” yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34). Jadi jelas, kata Imanuel, dalam kata maupun makna, tidak dapat dikenakan kepada Yesus. Ini hanya cocok untuk Nabi Muhammad s.a.w., secara maknawi kata ini tepat untuknya. Pada saat sangat gawat penuh bahaya, di saat orang gagah berani pun jantungya akan berdebar-debar, Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan dengan penuh keberanian dan keyakinan kepada Abu Bakar Siddiq: “La Tahzan Innalaha Ma’ana (Artinya: jangan khawatir, Dia pasti bersama kita).
  2. Hal ini juga tidak dapat Anda buktikan bahwa Yesus telah makan dadih susu dan madu. Karena itu tidak layak Anda menyebut sesuatu yang tidak didukung oleh dalil yang kuat.
Kristen: Dalam ayat ini ada kata anak dara dan selain Maryam, bunda Yesus, tak ada anak dara yang melahirkan anak.
Imron: Memang, kami juga beriktikad bahwa Yesus karena Qudrat Illahi yang tak mengenal batas itu dilahirkan tanpa perantaraan bapak. Tetapi, bagaimanapun dalam kitab Yesaya dikatakan, dalam bahasa Ibrani, kata itu tidak diperuntukan bagi anak dara (gadis) saja, melainkan digunakan juga untuk wanita-wanita muda yang bukan gadis lagi atau yang sudah bersuami.
Kristen: Saya mengetahui bahwa orang-orang Islam dalam hal ini menggunakan dalil orang-orang Jerman atheis.
Imron: Saya tidak tahu bahwa para ilmuwan dan peneliti Jerman sepaham dengan kami. Apa yang saya katakan ialah didukung oleh bahasa Ibrani. Silahkan periksa kamus Ibrani yang mendukung uraian saya. Selain itu kata tersebut juga terdapat dalam kitab Amsal 30:19, Bibel yang diterjemahkan oleh golongan Anda sendiri ke dalam bahasa Arab “Fataah” (wanita muda).
Kristen: Saya kemukakan satu nubuat lagi yang secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bukan sekadar nabi dan rasul, yaitu: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang; Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.” (Yesaya 9:5-6)
Imron: Apakah Anda punya dalil untuk menyatakan bahwa nubuat ini dapat diterapkan untuk Yesus? Karena, nubuat ini menerangkan bahwa anak itu akan menjadi “Tuhan Yang Kuasa, Bapa Yang Kekal”. Menurut agama Anda Yesus bukanlah “Bapa”, melainkan “anak Tuhan”. Tidak pula Yesus itu “Kuasa” bahkan, pada pemandangan Anda, dia manusia yang sedemikian rupa tak berdayanya sehingga orang Yahudi membunuhnya dengan cara yang mengerikan. Yesus tidak pula “Pangeran Perdamaian” (Prince of Peace) bahkan dia sendiri mengatakan: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Matius 10:34).
Kristen: Nubuat ini cukup jelas menunjukkan dan mengukuhkan Yesus adalah Tuhan.
Imron: Saya telah menegaskan, nubuat ini tidak kami percayai menjadi genap pada diri Yesus. Tetapi, kalaupun pengandaian ini kita terima seperti yang Anda artikan, maka saya katakan, ini adalah kata-kata kiasan. Di dalam Bibel banyak kita dapatkan contohnya seperti berikut:
  1. Berfirman TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu” (Keluaran 7:1).
  2. “Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.” (Keluaran 4:16).
  3. “Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah Allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” (Mazmur 82:6).
Demikianlah percakapan yang menyangkut keterangan pendeta itu kami tulis secara ringkas. Saya sangat berharap bapak pendeta yang terhormat itu akan menyebutkan mukjizat-mukjizat Yesus dalam diskusi itu. Namun, dia sama sekali tidak mengarah ke situ. Karena itu, untuk sementara ini kami tak akan membicarakan masalah ini dan kami tunda sampai kesempatan yang lain.
Sekarang, baiklah saya cantumkan secara singkat dalil-dalil yang saya kemukakan dalam ajang tukar pikiran itu guna membantah ketuhanan Yesus. Seandainya ada pendeta yang merasa mampu membantah dalil-dalil saya, maka kami dengan ini menyampaikan undangan secara terbuka kepada khalayak umum umat Kristen. Bahkan Dr. Philips yang berusaha-pun tidak mampu untuk membantahnya.
  1. Sedikit pun tak ada bukti bahwa Injil menempatkan martabat Yesus lebih dari nabi dan rasul. Adalah jelas seorang rasul tidak dapat menjadi Tuhan. Dalil-dalil kami didukung ayat-ayat yang berikut:
  • “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).
  • “Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (Markus 9:37).
  • “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15:24).
  • “Aku menuruti perintah Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya” (Yohanes 15:10).
  • “Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah” (Yohanes 8:40).
  • “Barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku” (Matius 10:40).
Adalah jelas, Yesus hanya seorang nabi semata, bukan Tuhan sendiri.
  1. Tuhan itu hanya bisa dikenal melalui sifat-sifatNya. Kalau sifat-sifat Ilahi itu ada pada Yesus, Anda pantas menamakan dia Tuhan. Namun, hakikatnya adalah sebaliknya. Pada Yesus tidak terdapat sifat Ilahiyah. Karena itu, pengakuan akan ketuhanannya tidak benar dan bertentangan dengan kebenaran.
Mari kita perbandingkan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Tuhan dengan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan Yesus.
  • Tuhan tidak layak minta doa dari siapapun juga, bahkan orang meminta dan memohon kepadaNya. Adalah sunah (tradisi) Tuhan mengabulkan doa orang baik-baik dan bijak. Dikatakan: “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarNya” (Amsal 15:29). Yesus sendiri berdoa, memohon kepada Tuhan, seperti tersebut dalam Injil: “Akan tetapi ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa” (Lukas 5:16), dan Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa” (Lukas 22:44); dan “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa” (Matius 26:36); kemudian: “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkannya dari maut dan karena kesalahannya ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7). Kalau Yesus itu Tuhan (Rab) kepada siapa dia mohon doa dan meminta pertolongannya? Ayat-ayat ini membuktikan bahwa Yesus bukan Tuhan.
  • Sifat Allah itu kuasa mutlak atas segala sesuatu (baca II Korintus 6:18). Namun, Yesus tidak kuasa sama sekali. Karena itu dia bukan Tuhan. Adapun bukti bahwa Yesus tidak kuasa terdapat dalam ayat-ayat Injil ini: “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri” (Yohanes 5:30); Ia tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana. (Markus 6:5). “Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawab apapun” (Lukas 23:8,9). “Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan (II Korintus 13:4).
  • Allah itu Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak ada yang tersembunyi daripadaNya. Dia tahu segala yang ada di langit dan di bumi serta segala makhluk: “Maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena Engkau mengenal hatinya sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia” (I Raja-Raja 8:39). Sebaliknya, Yesus sedikit pun tidak tampak memiliki sifat ini. Keterangan Injil yang berikut ini menjadi saksi, yaitu:
    a) “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja” (Markus 13:32). b) “Pada pagi-pagi hari dalam perjalananNya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja” (Matius 21:18,19).c) Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku? Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu’.”(Lukas 8:34,36). d) “Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Sorga. Apa yang kau ikut di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang aku lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Matius 16:19).
    “Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Matius 16:23).
    e) Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus. Dia mengkhianati Yesus. Meskipun demikian kata Yesus kepada mereka (termasuk Yudas): “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Matius 19:28).
    Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak tahu ilmu gaib (segala yang gaib) dan tidak bisa tahu tentang yang tersembunyi. Bahkan hal-hal biasa (seperti musim buah ara) tidak tahu. Karena itu, mengatakan Yesus itu Tuhan jelas-jelas salah.
  • Adalah keagungan Tuhan bahwa Dia tidak mungkin bisa mati: “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri” (I Timotius 6:16). Akan tetapi sebaliknya Yesus mati. Dikatakan: “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita” (Roma 5:6). Jelas Yesus bukan Tuhan.
  • Allah semata yang dapat memberikan najat (keselamatan) kepada manusia yang menyelamatkannya dari kehancuran. Daud a.s. mengatakan: “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19). Yesus tidak dapat membebaskan orang dari musibah-musibah. Malahan pada saat menghadapi musibah, meminta keselamatan dari Tuhan. Dikatakan: “Jiwaku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku” (Yohanes 12:27). Karena itu mempercayai Yesus sebagai tuhan adalah salah.
  • Allah tidak takut atau khawatir terhadap siapa pun. Tetapi Yesus tidak begitu. Dia takut dari orang–orang Yahudi seperti tersebut dalam ayat-ayat Injil ini: “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi” (Yohanes 11:53,54). Yesus melarang murid-muridNya supaya jangan memberitahukan kepada sesiapa pun bahwa Ia Mesias (Matius 16:20). “Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam” (Yohanes 7:10). Jelas tidak layak menetapkan seorang penakut sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa.
  • Tuhan adalah Dia yang bertindak, berkuasa di langit dan di bumi. Kekuasaan-Nya berlaku di segala tempat. Keputusan-Nya tidak dapat ditolak, dan tidak dapat dihentikan. Adapun Yesus, setiap orang di antara kita tahu bahwa dia tidak demikian. Dia sendiri mengatakan, “Cawanku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya” (Matius 20:23). “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biralah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39). Dengan demikian jelas Yesus bukan Tuhan.
  • Allah ada di atas semua makhluk-Nya, tidak dapat diuji oleh siapa pun, tidak dalam arti baik atau buruk. Rasul Yakub mengatakan: “Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencoba siapa pun” (Yakobus 1:13). Tetapi Injil menerangkan kepada kita bahwa syaitan menguji Yesus bukan selama satu-dua hari, melainkan selama empat puluh hari penuh. Kemana dibawa, ke situ dia pergi (Baca Lukas 4:1-13).
  • Bibel mengatakan: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya” (I Tawarikh 16:34), namun dari Injil tampak bahwa Yesus tidak terima sifat “baik” untuk dirinya. Dikatakan: “Jawab Yesus: Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari Allah saja” (Markus 10:18). Oleh karena itu, Yesus bukan Tuhan.
  • Allah tidak tidur. Dalam Mazmur dikatakan: “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur” (Markus 4:37,38).
  • Tuhan tidak terbunuh. Bila terbunuh, dia bukan Tuhan. Dikatakan: “Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah” (Yehezkiel 28:9). Tetapi tentang Yesus dikatakan: “Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh” (Kisah Para Rasul 5:30). Dalil apa yang dapat diberikan orang Kristen yang membuktikan, Yesus itu Tuhan, padahal mereka meyakini bahwa dia terbunuh?
  • Tidak ada yang lebih besar daripada Tuhan. Dia mutlak paling luhur. Tetapi Bibel mengatakan tentang Yesus: “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yohanes 14:28). Kata Paulus: “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepada dari tiap-tiap perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah” (I Korintus 11:3).
  • Di antara sifat-sifat Allah, Dia menghidupkan orang-orang mati. Dikatakan: “Hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati” (II Korintus 1:9). Yesus, daripada menghidupkan orang yang sudah mati, dia sendiri mati. Tuhanlah yang membuatnya hidup. Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 13:3). Jelas Yesus bukan Tuhan, melainkan seorang hamba Allah yang baik yang oleh Allah dianugerahi nikmat-nikmat-Nya dan diutus sebagai tokoh teladan bagi kaum Bani Israel.
  • Tak ada yang menyamai atau menyerupai Tuhan. Tak ada sekutu dalam sifat-sifat, zat, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tetapi, Yesus adalah seorang manusia seperti manusia-manusia lainnya. Tinggal di dalam rahim ibunya selama beberapa masa baru lahir, lalu “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Lukas 2:40). Dia sendiri berkata tentang dirinya: “Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya” (Matius 11:19). “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). “Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya” (Matius 21:3). “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah (Markus 14:34), “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus.” (Yohanes 11: 33 – 35). Dia merasa lapar juga, yaitu dia memerlukan segala yang dihayati oleh manusia. Akhirnya menurut orang-orang Kristen Yesus dibunuh. Mungkinkah orang seperti tersebut ini menjadi Tuhan dan masuk akalkah mengatakan dia Rab hingga layak dimintai pertolongannya? Tidak mungkin. Kalau dianggap Tuhan dia dan para penyembahnya jelas lemah. Pada hakikatnya mereka belum mengenal sepenuhnya Tuhan yang sejati. Tuhan itulah Dia Yang Memiliki segala kekuatan dan menguasai segala sesuatu.

Bagian KETIGA

BENARKAH Yesus MATI DISALIB?
Masalah ini merupakan salah satu masalah perselisihan penting antara orang Islam dengan orang Kristen. Bila terjadi percakapan mengenai keagamaan dengan seorang gerejawan, biasanya dia memulai dengan mengatakan; Lihatlah, meskipun terdapat permusuhan yang sangat tajam antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tetapi keduanya sepakat bahwa Yesus mati disalib dan dokumen-dokumen Pemerintah Roma juga membuktikannya. Tetapi enam ratus tahun sesudah Yesus di Gurun Sahara Arab muncul satu orang, dan bertentangan dengan pandangan seluruh dunia, dia mengumumkan: Yesus tidak mati atau dibunuh di palang salib. Apakah kata-kata orang ini dapat dipercaya?
Wahai orang-orang beriman, katakanlah, bahwa kata-kata itu adalah benar. Sayang orang yang menentang tidak memahaminya. Memang Rasulullah s.a.w. seorang ummi (buta aksara) meskipun begitu, berbeda dengan kepercayaan semua bangsa dan kaum, beliau membuktikan pernyataannya dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan. Hal ini adalah mukjizatnya yang besar dan merupakan bukti pula atas kebenaran pengakuan beliau itu.
Berkenaan degan kematian Yesus di atas salib, masalah yang penting ini adalah yang menjadi topik tukar pikiran di Kairo pada tanggal 17 Maret 1933 dengan Dr. Philips, untuk masalah itu dia mengadakan persiapan secara khusus. Dalam ajang tukar pikiran ini dia didampingi oleh dua orang pendeta lainnya, yaitu Tuan Kamil Mansoor dan Dr. Elder. Ketiga pendeta tersebut tampil silih berganti. Meskipun begitu mereka gagal dan kecewa di hadapan tidak kurang dari tujuh puluh orang terpelajar dan intelek yang hadir. Begitu lucu pemandangannya ketika Pendeta Kamil Mansoor tak mampu bertahan, berdiri dengan lidah kelu bagaikan terikat, berbicara tak menentu lalu duduk sebelum habis waktu yang ditetapkan untuknya.
Kemudian Dr. Elder berdiri dengan penuh semangat dan berapi-api, tetapi dia pun tercengang lalu terdiam. Lalu bangkit Dr. Philips, namun dia juga sama dengan kawan-kawannya, tak mampu bertahan kecuali mengemukakan beberapa uraian Rasul Paulus. Akhirnya, pihak debater Islamlah yang tegak terus secara tunggal. Allah Taala membantu memenangkan hambaNya, tauhid mengalahkan trinitas secara terbuka. Merupakan pemandangan yang menarik. Mereka yang hadir waktu itu sungguh beruntung. Mereka mendengar dan menyimpan dalam ingatannya. Saat pulang Tuan Kamil Mansoor mengatakan kepada saya, “Sayang, alangkah baiknya sekiranya tuan seorang Kristen, karena tuan mempelajari agama Kristen lebih daripada kami.” Saya jawab: “Bukan Tuan Pendeta, bukan begitu. Saya mempelajari agama Kristen supaya orang seperti Tuan ini dapat saya masukkan ke dalam agama Islam suci. Adalah kewajiban Tuan menerima kesaksian saya dan kembali ke dalam agama benar di sisi Allah, agama Islam.”
Singkatnya, ajang tukar pikiran itu merupakan kemenangan Islam dan kekalahan Kristen secara terbuka dan terang-terangan. Melukiskannya secara penuh sungguh sukar.
Sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Dr. Philips adalah tugas saya berbicara hari ini tentang masalah tersebut berdasarkan Bible semata. Meskipun menurut akidah Bibel itu sudah mengalami perubahan-perubahan seperti diketahui oleh Dr. Philips. Adalah akidah orang Kristen bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib menebus dosa mereka.
Keyakinan saya, Allah Taala telah menyelamatkan Yesus dari kematian di atas kayu salib, seperti halnya Dia menyelamatkan nabi-nabi lainnya, sesuai sunnah-Nya, orang mau membakar Nabi Ibrahim a.s. dan memasukkannya ke dalam api. Tetapi, api itu didinginkan oleh Allah Taala. Dr. Zwimer menulis dalam “Rahasia Ajaib” (Assir Al’Ajeeb) bahwa “Yeremiah diikat dengan tali lalu dibuang dalam sumur yang dalam, namun diselamatkan oleh Allah.” Demikian pula Allah telah menyelamatkan tiga orang teman Daniel ketika mereka diikat dan diseret untuk dimasukkan dalam tannur yang sedang menyala-nyala (hal. 67). Seperti itu pula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus di atas kayu salib supaya terbukti bahwa dia terkutuk. Tetapi, Allah Taala menyelamatkannya dari kematian terkutuk itu, bahkan menjadikannya orang mulia.
Singkatnya, kematian Yesus di atas kayu salib tidak terbukti secara meyakinkan. Sebelum saya mengemukakan peristiwa salib dan hakikatnya berdasarkan Injil, saya ingin menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, seperti berikut:
Pertama: Taurat mengatakan tentang pendusta yang mengaku menjadi nabi: “Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu….” (Ulangan 13:5). Lalu Taurat mengatakan: “Apabila seseorang berbuat dosa…terkutuk oleh Allah” (Ulangan 21;22,23). Yesus jelas menyatakan dirinya seorang nabi, sedang orang-orang Yahudi menganggapnya pendusta (naudzubillah). Kalau, umpamanya, kita katakan orang-orang Yahudi menaikkannya di atas kayu salib dan mati di atas kayu salib itu, maka kesimpulan logisnya ialah dia memang benar mati terkutuk di atas kayu salib (naudzubillah). Karena itu, maka orang-orang Kristen menganut akidah kematian Yesus di atas kayu salib dan mempercayainya terkutuk. Dikatakan: “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis; “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3;13). Iktikad Kristen ini salah sekali, karena menarik kesimpulan Yesus tidak benar (naudzubillah) dalam pengakuannya sebagai nabi, malahan dusta dan mengada-ada. Singkatnya, kematiannya di atas kayu salib itu menafikan atau membohongkan sesuai dengan rencana orang-orang Yahudi. Akan tetapi, Yesus itu orang benar; oleh sebab itu akidah kematian di atas kayu salib itu hanya hikayat belaka.
Kedua: Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian Yesus di atas kayu salib itu tidak diperlukan. Yesus mengatakan: “Di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6). Keterangan Yesus ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa, kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.
Ketiga: Orang Kristen mengatakan, Yesus terbunuh untuk menyelamatkan mereka agar menjadi penebus dosa mereka. Kalau tidak mati di salib berarti kabar suka dari Paulus dan kepercayaan orang-orang Kristen akan menjadi sia-sia. Saya mengatakan, memang benar Yesus tidak mati di atas kayu salib dan dakwah Anda itu salah. Kematian di atas kayu salib itu bertentangan dengan kehendak Allah dan dengan misi yang diembannya. Allah sendiri menyatakan:
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hosea 6:6). Dan: “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa (Matius 9:13).”
Jelas Allah mengkehendaki kasih saying, bukan kurban, untuk memperoleh kasih sayang-Nya jalan satu-satunya ialah bertobat, yang untuk itu Yesus menyeru sepanjang hidupnya. Tidak ayal lagi kalau Yesus mati di kayu salib, kematian demi menebus dosa manusia adalah berlawanan dengan kehendak Allah dan dengan kedudukan Yesus sendiri.
Keempat: Dalam Injil Matius dikatakan:
“Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:39,40).
Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:
“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu” (Yunus 1:17 dan 2:1).
Yesus telah memberikan contoh, mukjizat Nabi Yunus sebagai pegangan bagi keturunannya dan ini jelas Yunus masuk perut ikan dalam keadaan tetap hidup, tinggal dalam perut ikan juga dalam keadaan hidup keluar dalam keadaan hidup. Karenanya Yesus juga harus dimasukkan ke liang kubur hidup-hidup dan dikeluarkan juga hidup-hidup. Kalau tidak, janji Yesus dan satu-satunya mukjizatnya menjadi sia-sia. Hanya ada dua jalan bagi orang-orang Kristen: Mengingkari kematian Yesus di kayu salib dan mempercayai bahwa dia diselamatkan dari kematian di kayu salib itu hidup-hidup, sesuai dengan kepercayaan kami. Dalam keadaan seperti ini nubuat Yesus akan genap dan akan terbukti pula mukjizatnya. Atau, tetap menganut akidah kematiannya di atas kayu salib dan ini berarti mereka membantah mukjizat tersebut. Tetapi, perlu diingat, bahwa menerima kepercayaan ini berarti dia mengaitkan persamaan dengan mukjizat Yunus. Karena itu adalah tepat bila dikatakan bahwa Yesus sekali-kali tidak mati di atas kayu salib.
Kelima: Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat orang-orang Yahudi, menurut Lukas: “Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” (Lukas 22:41-43).
Yesus mendoa dengan segala kerendahan hati agar dia diselamatkan dari maut yang hina dan mengerikan itu. Cawan itu adalah cawan maut. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti batal. Sebaliknya, kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia benar atau tidak, karena dalam Kitab Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Yesus pasti diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
Keenam: Dalam “Surat Kepada Orang Ibrani” dikatakan:
“Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya ia telah didengarkan” (Ibrahim 5:7).
Ini adalah nubuat dan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya. nubuat ini membenarkan ayat dalam Amsal seperti berikut:
“Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek” (Amsal 10:27).
nubuat ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu: “Tuhanku, mengapa Kau tinggalkan daku.” Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Yesus dari kematian di atas tiang salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia diturunkan.
Ketujuh: Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut. Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil. Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu dia memberitahukan kepada suaminya:
“Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).
Tampak di sini, Allah mengkehendaki supaya Yesus diselamatkan dari maut. Siapa yang bisa membendung iradah Illahi.
Kedelapan: Injil Matius menerangkan bahwa Yesus itu gembala Bani Irael.
“Dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6).
Yesus juga mengatakan:
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15;24).
Ketika Yesus datang orang-orang suku-suku Yahudi tersebar di mana-mana, di luar tanah airnya, dan “domba-domba keluarga Israel telah hilang”. Adalah kenyataan orang-orang Yahudi itu tersebar dari India sampai ke Ethiopia:
“Pada waktu juga dipanggillah pada panitera raja, dalam bulan yang ketiga – yakni bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai dituliskan surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Ethiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang-orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya (Ester 8:9).
Kalau saja kita terima bahwa Yesus mati di atas tiang salib dalam umur tiga puluh tiga tahun dan selesai masalahnya, berarti bahwa misinya sia-sia (naudzubillah). Yang benar adalah, Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup dan dia menyampaikan pesan-pesan kepada berbagai suku di mana-mana.
Kesembilan: Yesus, seraya mencela orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”(Matius 23:55).
Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus. Tetapi, dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya diutamakannya.
Kesepuluh: Di dalam kitab-kitab Injil yang kecil banyak dikemukakan adalah kata-kata Yesus tentang penderitaan-penderitaannya. Sebelum kejadian itu terjadi dia mengatakan:
  • “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenai dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka (Matius 17:12).
  • “ Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah halnya kelak Anak Manusia pada hari kedatanganNya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Lukas 17:24,25).
  • “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:15).
Sesudah kejadian peristiwa salib, dia mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya atas segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? (Lukas 24:25,26).
Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa Yesus hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan. Adapun kata mati yang tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut juga sebagai maut. Paulus mengatakan:
“Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar” (I Korintus 15:31).

Bagian KE-EMPAT

HAKIKAT KISAH SALIB
Sepuluh dalil tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib. Peristiwa salib sebenarnya ialah orang-orang Yahudi telah berusaha membunuh Yesus. Ia dibawa ke hadapan pengadilan Pemerintah Romawi. Oleh karena penguasa wilayah (gubernur), yaitu Pilatus, melihat Yesus tidak bersalah apa-apa, lalu memutuskan untuk membebaskannya. Kaum Yahudi yang sangat besar pengaruhnya dan kekuatannya terhadap pihak penguasa mengangkat suara yang bernada mengancam:
“Jika engkau membebaskan Dia, engaku bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan kaisar.” (Yohanes 19:12).
Pilatus ketakutan. Dia membuktikan sikap pengecut dan akhirnya menyerah seraya mengatakan:
“Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri” (Matius 27:24).
Ia menyerahkan Yesus untuk disalib dengan kehendak orang-orang Yahudi. Di dalam hati Pilatus ingin menyelamatkan Yesus. Untuk itu dia dalam diam-diam mengadakan cara dan upaya-upaya, satu di antaranya menetapkan agar hari Jumaat ditentukan untuk menaikkan Yesus ke kayu salib. Hari esoknya adalah hari Sabtu, hari khusus ibadat Sabat Yahudi. Untuk hari itu, orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan yang cukup memadai. Waktu perlaksanaannya juga diulur-ulurnya hingga tengah hari; hanya tiga jam saja (Injil Yohanes). Waktu selama itu pasti tidak cukup untuk mati di kayu salib gaya masa purba itu. Seorang dokter Eropah terkenal, dr. Dermond Robinson, menulis:
“Orang yang disalib masa itu umumnya memerlukan waktu antara dua puluh empat sampai dua puluh delapan jam untuk mati” (Risalah “DAWN”, 16 Mei 1927 dan “Tafsir Injil Yohanes” Cetakan Kairo, halaman 785).
Menurut hukum (syariat) Yahudi seorang terhukum tidak boleh dibiarkan menggantung di tiang salib setelah matahari terbenam. Karena itu orang-orang Yahudi sendiri meminta izin agar Yesus diturunkan dari kayu salib, selepas tiga jam digantung. Lalu dia diturunkan.
Kaki dua orang penyamun (yang disalib bersama Yesus) dipatah-patahkan supaya mati, tetapi kaki Yesus tidak diapa-apakan oleh anak buah Pilatus. Malahan mereka menyatakan dia sudah mati. Pilatus yang telah bersepakat dengan Yusuf Arimatea (murid tersembunyi Yesus) memanggilnya dan menyerahkan Yesus kepadanya. Dengan bantuan Nicodemus, Yusuf Arimatea mengobati luka-luka Yesus dengan obat-obatan dan rempah-rempah yang sudah diproses sebelumnya hingga akhirnya dia siuman atau sadar kembali. Luka-lukanya diobati dengan ramuan yang disebut “Marham Isa” sampai sekarang yang kita baca dalam buku-buku obat-obatan kuno. Dengan demikian Pilatus berhasil “cuci tangan” (melepas tanggungjawab) demikian rupa hingga tidak saja Yesus diselamatkan dari kematian disalib juga orang-orang Yahudi tidak dapat mengadukan Pilatus kepada Kaisar. Mereka mengira Yesus telah mati lalu mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh Yesus dan membuat pengakuan bahwa risalah dari Tuhan gagal total. Murid-murid Yesus sendiri melarikan diri lebih dulu, tidak sanggup menghadapi orang-orang Yahudi. Bahkan mereka juga tunduk dan menerima apa juga yang dikatakan orang-orang Yahudi itu. Mereka juga mengatakan Yesus telah mati terbunuh di tiang salib. Namun, dia berhasil bangkit dari tengah orang-orang mati dan sekarang hidup. Untuk menyembunyikan kelemahan mereka dan karena tidak dapat membuktikan bahwa Yesus masih hidup, mereka mulai mengatakan dia telah naik ke langit. Mereka mengakui Yesus yang bersih dan tak bersalah itu mati terkutuk. Ini semata-mata dikarenakan kelemahan iman orang-orang Kristen permulaan dan kepolosan mereka yang terkenal itu. Boleh jadi khayalan Yesus naik ke langit itu diciptakan seseorang yang cerdik untuk mengalihkan perhatian orang-orang Yahudi dan ini kemudian dijadikan sebagai akidah.
Singkatnya, orang-orang Yahudi dan Kristen tetap dalam keadaan ini hingga Nabi Muhammad s.a.w. datang dengan bantuan Roh Suci membawa kebenaran ke dunia. Dengan keberkatan wahyu Illahi beliau mengusir awan kejahilan. Beliau membersihkan Yesus dari kutukan Yahudi dan Kristen secara terbuka dan menyatakan:
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qur’an 4: 157, 158).
Jangan hendaknya ada orang Kristen yang melihat kebenaran nyata ini dengan menganggapnya aneh. Kebenaran ini sejalan dengan akal dan dibuktikan oleh kesaksian. Kebenaran ini menjamin kehormatan Yesus dan menggenapi nubuat-nubuat dalam Kitab Suci. Di dunia kejadian-kejadian pingsan seperti itu sering terjadi, dan senantiasa membuat kita keliru menyangka mati. Bibel sendiri mengatakan:
“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe” (kisah Para Rasul 14:19-20).

Bagian KELIMA

MENELITI RIWAYAT INJIL TENTANG KISAH SALIB
Sekarang yang masih perlu saya kemukakan ialah hasil penelitian terhadap cerita-cerita Injil itu. Harus diingat bahwa tidak satupun di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Bahkan sangat boleh jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh karena itu keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu.
Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih dari dua puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu sendiri. Saya minta dengan hormat kepada sidang pembaca untuk menganggap dirinya sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar. Perkara ini sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi sesuai dengan kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu terkutuk. Umat Kristen yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi mata yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita keempat penulis Injil yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-perkiraan semata dengan memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya ingin membuktikan bahwa cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan yang lain. Menjadi undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia, apabila berbagai kesaksian itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu dinyatakan gugur.
Sekarang saya kemukakan pertentangan-pertentangan itu sebagai berikut:
Pertama: Siapa yang memanggul salib ke Golgota, Yesuskah atau Simonkah? Markus menulis:
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus 15:21-22).
Lukas menulis:
“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus” (Lukas 23:26).
Matius menulis:
“Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23).
Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan ketiga keterangan di atas, dia menulis:
“Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:16).
Kedua: Apakah Yesus mengecap atau tidak anggur campur atau cuka sebelum digantung di kayu salib?
Matius menulis:
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius 27:33-34).
Markus menulis:
“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia menolaknya.” (Markus 15:23).
Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum anggur bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya. Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”. Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak menyebutkan peristiwa itu sama sekali.
Ketiga: Cerita cuka di kayu salib.
Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu.
Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka mencucurkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam, pada sebatang hisop lalu menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur masam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes 19:28-30).
Markus mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau tinggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam itu dan mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia” (Markus 15:34-36).
Matius mengatakan:
“Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).
Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus berkata: “Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua saksi lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”. Lalu Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus. Matius dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus dan Matius juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang memberi lumut, dia mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang menyelamatkan Dia”. Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka yang lain” yang mengatakannya.
Keempat: Kapan Yesus dipantek di kayu salib?
Matius dan Lukas tidak menerangkan secara jelas tentang waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi Yahya (Yohanes) mengatakan:
“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka: ‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-16).
Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan sesudah pukul enam, yaitu tengahari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.
“Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).
Dalam Injil bahasa Arab di sini kata-kata itu bunyinya adalah:
{Tulisan arab}
Artinya: “Waktu itu pukul tiga ketika Yesus disalibkan.” Jadi, seorang saksi mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan pukul tiga. Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai?
Kelima: Apakah kedua-dua penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma satu?
Matius mengatakan:
“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga” (Matius 24:44).
Markus mengatakan:
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.” (Markus 15:32).
Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:
“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami! Tetapi yang seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang Engkau menerima hukuman yang sama?” (Lukas 23:39-40).
Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara mencolok. Dua saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang yang digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya. Saksi keempat yaitu Yohanes, diam sama sekali.
Keenam: Di mana dan berapa wanita hadir pada peristiwa itu?
Yohanes mengatakan:
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).
Lukas mengatakan:
“Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23;49).
Markus mengatakan:
“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus 15:40).
Matius mengatakan:
“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).
Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada dekat “dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes, lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya, melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterangan ini seperti perbedaan antara langit dan bumi.
Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat berbeda: Apakah tiga atau empat, atau banyak?
Ketujuh: Apakah saat itu dunia seluruhnya diliputi kegelapan?
Matius menerangkan:
“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” (Matius 27:45).
Kata Markus:
“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).
Lukas mengatakan:
“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).
Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang yang suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa dunia seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat lugu, sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia seluruhnya”. Hal ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu diliputi kegelapan. Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan sesuatu yang membenarkan cerita itu.
Kedelapan: Hakikat seruan Yesus dan cariknya Bait Allah.
Matius mengatakan:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia memanggil Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).
Matius mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (Markus 15:34-38).
Lukas mengatakan:
“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan nyawaNya” (Lukas 23:45-46).
Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang fantastis ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa yang begitu penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan kesaksian-kesaksian lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan. Markus hanya menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang cariknya tirai Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita tidak sampai di situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat telah bangkit dan pulang ke rumahnya. Saya tegaskan kalau apa yang diterangkan oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah yang begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterangan mereka itu benar, maka keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari pada hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar. Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan keterangan-keterangan yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia.
Kesembilan: Mana yang lebih dahulu, seruan keras Yesus atau cariknya tirai?
Dari keterangan-keterangan yang tersebut di atas tampak bahwa Matius dan Markus menceritakan Yesus ketika di tiang salib berseru dua kali, tetapi Lukas mengatakan, hanya satu kali. Dua yang tersebut duluan mengatakan, Yesus mengatakan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” waktu di tiang salib. Lukas tidak menyebut apa-apa, sedang Yohanes meninggalkan seluruh cerita. Lalu para saksi ketiga-tiganya menceritakan Yesus berseru untuk kedua kalinya, sedang Lukas mengatakan bahwa Yesus mengatakan saat itu: “Ya Bapa, ke dalam tanganmu Kuserahkan nyawaKu,” namun yang lainnya, dua saksi, tidak menyebutkannya. Selain itu para perawi (penutur) itu berselisih pendapat, apakah seruan nyaring Yesus yang kedua kali penyerahan nyawanya itu terjadi lebih dahulu ataukah tercariknya tirai Bait Suci yang terjadi lebih dulu? Dari keterangan Lukas tampak jelas bahwa cariknya tirai bait Suci lebih dahulu, baru seruan nyaring Yesus terjadi. Matius dan Markus mengatakan bahwa tirai Bait Suci terjadi sesudah Yesus berseru, bahkan dia menyerahkan nyawanya sesudah terjadi.
Kesepuluh: Kisah kesaksian kepala pasukan.
Lukas, setelah menyebut cariknya tirai Bait Suci, mengatakan:
“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Markus 15:39).
Matius mengatakan:
“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia adalah Anak Allah.” (Matius 27:54).
Ini keterangan-keterangan ketiga orang saksi tentang kesaksian kepada pasukan. Kesaksian keempat yaitu Yohanes menanggap seluruh kesaksian ini tidak benar sehingga dia anggap sepi.
Pertama, sikap Yohanes yang tidak menyinggung sama sekali masalah ini sangat mengherankan.
Kedua, keterangan-keterangan tersebut mengandung pertentangan satu dengan yang lainnya. Markus mengatakan bahwa kepala pasukan memberikan keterangan itu ketika ia melihat Yesus telah menghembuskan napas yang penghabisan.
Lukas pertama-tama memuji Tuhan, kemudian baru memberikan keterangan. Matius menceritakan adanya orang-orang lain bersama kepala pasukan. Mereka melihat gempa yang sangat mengerikan dan kemudian berseru. Selain itu kesaksian-kesaksian mereka bertentangan satu sama lain. Matius mengatakan, kepala pasukan berkata: “Sungguh orang ini benar”. Markus mengatakan, kepala pasukan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Menurut Matius kepada pasukan mengatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Tuhan.” Markus menyebutkan bahwa kepala pasukan mengatakan, “Sungguh orang ini adalah Anak Tuhan.” Lukas mengatakan bahwa kepala pasukan berkata, “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Ini semuanya merupakan perbedaan-perbedaan bertahap yang amat menarik.
Di sini muncul kesulitan di hadapah orang-orang Kristen. Kalau kesaksian satu saksi dikatakan tidak benar, maka kesaksian-kesaksian yang lainnya tentu tidak dapat dipercaya. Kalau semuanya dinyatakan benar, seperti yang dipercayai oleh orang-orang Kristen sekarang, maka harus diakui bahwa “Anak Tuhan” dan “Orang Benar” adalah kata sinonim, yaitu sama artinya. Para penulis Injil pun memakai kata “Anak Tuhan” dalam arti “Orang Benar” pula. Dengan demikian masalah “Anak Tuhan” (sonship) dengan mudah terpecahkan.
Kesebelas: Apakah ketika Yesus berseru keras, orang-orang Yahudi tahu Yesus telah wafat?
Dua saksi, Matius dan Markus, tidak memberikan keterangan apa-apa tentang masalah ini. Lukas dan Yohanes memberikan kesaksian seperti di bawah ini.
Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang diberikan kepada pasukan, menyatakan:
“Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua orang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23:48-49).
“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan” (Yohanes 19:31).
Dari keterangan Yohanes ini tampak jelas bahwa orang-orang Yahudi meminta supaya kaki-kaki dipatahkan, karena mereka mengerti bahwa sampai saat-saat akhir itu Yesus belum wafat. Kalau tidak, permintaan orang-orang Yahudi itu tak ada artinya. Permintaan orang Yahudi yang begitu biadab dan brutal pada saat-saat akhir meledaklah mitos (hikayat) gempa, cariknya Bait Suci, terbukanya kubur-kubur, dan hidupnya orang-orang yang sudah mati. Dalam suasana serupa itu tidak mungkin orang-orang Yahudi mengajukan permintaan tersebut, melainkan mereka yang beriman kepada Yesus. Atau paling tidak, Pilatus akan menyesali mereka: “Kendatipun kamu sudah menyaksikan mukjizat yang begitu dahsyat, kamu malah meminta supaya kaki Yesus dipatahkan.” Dia pun akan mengatakan kepada mereka: “Takutlah kamu kepada Tuhan.”
Singkatnya, keterangan Yohanes tentang permintaan orang Yahudi tersebut menunjukkan bahwa sampai saat-saat akhir Yesus tidak mati. Tapi Lukas mengatakan, semua orang setelah menyaksikan tragedi itu pulang sambil memukul-mukul dada mereka. Semua orang ini bersama-sama perempuan-perempuan berdiri jauh-jauh menyaksikan semua kejadian itu. Di sini kami ingin mengajukan satu pertanyaan penting, yaitu: Kalau ini benar bahwa “gelaplah seluruh tanah itu” dari pukul dua belas tengah hari hingga pukul tiga petang” “cahaya matahari pun hilanglah,” “gempa bumi” pun terjadi, batu terbelah, maka bagaimana pula orang-orang yang “berdiri dari jauh” itu dapat melihat kejadian tersebut? Ini berarti bahwa “mereka menyaksikan” itu cerita yang dibuat-buat atau “gelapnya seluruh tanah” itu cerita bohong. Apabila kita teliti secara seksama, kedua cerita ini salah. Bungkamnya Matius dan Markus tentang hal ini dan Yohanes tidak menyebut-nyebut tentang kegelapan yang meliputi negeri mendukung pandangan kami.
Keduabelas: Apakah kaki Yesus dipatahkan?
Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang perkara ini; semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakiNya” (Yohanes 19:32-33).
Berarti, karena orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan hari Sabat, mereka tidak dapat menunggu lebih lama. Yesus saat itu belum wafat. Mereka, pada bagian akhir pada hari yang sama, meminta kepada Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus dan Pilatus mengabulkan permintaan mereka. Lalu orang-orang Yahudi pulang. Sekarang perkara mematahkan kaki Yesus seluruhnya berada di tangan Pilatus. Seperti telah kami terangkan, Pilatus di dalam hatinya ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Karena itu, adalah sangat mungkin ketika mengirimkan pasukannya dia memberitahukan kepada kepala pasukan tersebut akan maksudnya agar kaki Yesus jangan dipatahkan. Kaki kedua penyamun dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak. Yohanes menggambarkan mengapa tidak dipatahkan kaki Yesus:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya.” (Yohanes 19:32-33).
Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri tidak berada di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu kesaksiannya hanya merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa lagi saksi lainnya tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata itu diucapkan oleh beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira mati. Ini kesalahannya sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah mengatakan yang demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia dibisiki oleh Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal demikian ialah supaya orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka rahasia. Bila kita merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak dengan jelas bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu gerak tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak dipatahkan. Tiga saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini.
Ketiga belas: Masalah keluarnya darah dan air dari pinggang/lambung Yesus.
Tiga orang saksi tidakmengatakan apapun tentang kejadian ini. Tetapi Yohanes mengatakan:
“Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34).
Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan kematian Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan kebijaksanaan dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung Yesus maka keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan segera itu menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung. Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya dalam keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya.
Keempat belas: Siapa yang mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang meletakkannya di dalam kubur?
1. Matius mengatakan:
“Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia” (Matius 27:59-60).
2. Markus mengatakan:
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lali ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu”. (Markus 15:45-46).
3. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53).
4. Yohanes mengatakan:
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu menurunkan mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, lebih kurang lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya dengan kain linen dan membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42).
Tiga saksi pertama menyatakan, hanya Yusuf Arimatea seorang diri tampak mengangkat jenazahnya, mengafaninya, dan meletakkan ke dalam kubur. Saksi paling belakang, Yohanes mengatakan, Nikodemus juga ikut mengangkat jenazah, mengafani, dan meletakkannya dalam kubur.
Kelima belas: Siapakah Yusuf Arimatea itu?
1. Matius mengatakan tentang ini:
“Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57).
2. Markus mengatakan:
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43).
3. Lukas mengatakan:
“Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas 23:50-51).
4. Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38).
Menurut Markus dan Lukas, Yusuf adalah anggota Majelis Musyarah (Sanhedrin Yahudi) yang baik lagi adil. Menurut Yohanes, Yusuf adalah murid Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi. Matius mengatakan dia adalah murid Yesus juga dan terang-terangan. Bagaimanapun bentuknya, pertanyaan yang timbul ialah, Yusuf Arimatea, seorang yang karena takut dari orang-orang Yahudi tidak sanggup memperlihatkan imannya. Dalam saat-saat gawat seperti itu, ketika semua murid Yesus tidak mampu memperlihatkan kesetiaannya, bagaimana mungkin dia berani mendatangi Pilatus dan meminta kepadanya supaya menyerahkan mayat Yesus. Keterangan ini tampaknya tidak masuk akal. Cukup mengherankan bahwa Pilatus tidak bertanya, apa hubungannya dengan Yesus dan mengapa meminta mayatnya, malahan segera menyerahkan mayat kepadanya. Cukup dari satu kejadian ini saja orang-orang Kristen, kalau mau berpikir, akan mengetahui bahwa segalanya ini adalah hasil dan buah dari rencana matang dan rancangan rapi yang diciptakan oleh Pilatus. Adalah pilihan yang tepat menyerahkan jasad Yesus kepada seorang pengikut Yesus yang tak dikenal. Dengan dorongan dari Pilatus dia berani mengambil tindakan tepat dan cepat melaksanakan rencana itu.
Kesembilan: Mana yang lebih dahulu, seruan keras Yesus atau cariknya tirai?
Dari keterangan-keterangan yang tersebut di atas tampak bahwa Matius dan Markus menceritakan Yesus ketika di tiang salib berseru dua kali, tetapi Lukas mengatakan, hanya satu kali. Dua yang tersebut duluan mengatakan, Yesus mengatakan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” waktu di tiang salib. Lukas tidak menyebut apa-apa, sedang Yohanes meninggalkan seluruh cerita. Lalu para saksi ketiga-tiganya menceritakan Yesus berseru untuk kedua kalinya, sedang Lukas mengatakan bahwa Yesus mengatakan saat itu: “Ya Bapa, ke dalam tanganmu Kuserahkan nyawaKu,” namun yang lainnya, dua saksi, tidak menyebutkannya. Selain itu para perawi (penutur) itu berselisih pendapat, apakah seruan nyaring Yesus yang kedua kali penyerahan nyawanya itu terjadi lebih dahulu ataukah tercariknya tirai Bait Suci yang terjadi lebih dulu? Dari keterangan Lukas tampak jelas bahwa cariknya tirai bait Suci lebih dahulu, baru seruan nyraing Yesus terjadi. Matius dan Markus mengatakan bahwa tirai Bait Suci terjadi sesudah Yesus berseru, bahkan dia menyerahkan nyawanya sesudah terjadi.
Kesepuluh: Kisah kesaksian kepala pasukan.
Lukas, setelah menyebut cariknya tirai Bait Suci, mengatakan:
“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Markus 15:39).
Matius mengatakan:
“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia adalah Anak Allah.” (Matius 27:54).
Ini keterangan-keterangan ketiga orang saksi tentang kesaksian kepada pasukan. Kesaksian keempat yaitu Yohanes menanggap seluruh kesaksian ini tidak benar sehingga dia anggap sepi.
Pertama, sikap Yohanes yang tidak menyinggung sama sekali masalah ini sangat mengherankan.
Kedua, keterangan-keterangan tersebut mengandung pertentangan satu dengan yang lainnya. Markus mengatakan bahwa kepala pasukan memberikan keterangan itu ketika ia melihat Yesus telah menghembuskan napas yang penghabisan.
Lukas pertama-tama memuji Tuhan, kemudian baru memberikan keterangan. Matius menceritakan adanya orang-orang lain bersama kepala pasukan. Mereka melihat gempa yang sangat mengerikan dan kemudian berseru. Selain itu kesaksian-kesaksian mereka bertentangan satu sama lain. Matius mengatakan, kepala pasukan berkata: “Sungguh orang ini benar”. Markus mengatakan, kepala pasukan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Menurut Matius kepada pasukan mengatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Tuhan.” Markus menyebutkan bahwa kepala pasukan mengatakan, “Sungguh orang ini adalah Anak Tuhan.” Lukas mengatakan bahwa kepala pasukan berkata, “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Ini semuanya merupakan perbedaan-perbedaan bertahap yang amat menarik.
Di sini muncul kesulitan di hadapah orang-orang Kristen. Kalau kesaksian satu saksi dikatakan tidak benar, maka kesaksian-kesaksian yang lainnya tentu tidak dapat dipercaya. Kalau semuanya dinyatakan benar, seperti yang dipercayai oleh orang-orang Kristen sekarang, maka harus diakui bahwa “Anak Tuhan” dan “Orang Benar” adalah kata sinonim, yaitu sama artinya. Para penulis Injil pun memakai kata “Anak Tuhan” dalam arti “Orang Benar” pula. Dengan demikian masalah “Anak Tuhan” (sonship) dengan mudah terpecahkan.
Kesebelas: Apakah ketika Yesus berseru keras, orang-orang Yahudi tahu Yesus telah wafat?
Dua saksi, Matius dan Markus, tidak memberikan keterangan apa-apa tentang masalah ini. Lukas dan Yohanes memberikan kesaksian seperti di bawah ini.
Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang diberikan kepada pasukan, menyatakan:
“Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua orang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23:48-49).
“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan” (Yohanes 19:31).
Dari keterangan Yohanes ini tampak jelas bahwa orang-orang Yahudi meminta supaya kaki-kaki dipatahkan, karena mereka mengerti bahwa sampai saat-saat akhir itu Yesus belum wafat. Kalau tidak, permintaan orang-orang Yahudi itu tak ada artinya. Permintaan orang Yahudi yang begitu biadab dan brutal pada saat-saat akhir meledaklah mitos (hikayat) gempa, cariknya Bait Suci, terbukanya kubur-kubur, dan hidupnya orang-orang yang sudah mati. Dalam suasana serupa itu tidak mungkin orang-orang Yahudi mengajukan permintaan tersebut, melainkan mereka yang beriman kepada Yesus. Atau paling tidak, Pilatus akan menyesali mereka: “Kendatipun kamu sudah menyaksikan mukjizat yang begitu dahsyat, kamu malah meminta supaya kaki Yesus dipatahkan.” Dia pun akan mengatakan kepada mereka: “Takutlah kamu kepada Tuhan.”
Singkatnya, keterangan Yohanes tentang permintaan orang Yahudi tersebut menunjukkan bahwa sampai saat-saat akhir Yesus tidak mati. Tapi Lukas mengatakan, semua orang setelah menyaksikan tragedi itu pulang sambil memukul-mukul dada mereka. Semua orang ini bersama-sama perempuan-perempuan berdiri jauh-jauh menyaksikan semua kejadian itu. Di sini kami ingin mengajukan satu pertanyaan penting, yaitu: Kalau ini benar bahwa “gelaplah seluruh tanah itu” dari pukul dua belas tengah hari hingga pukul tiga petang” “cahaya matahari pun hilanglah,” “gempa bumi” pun terjadi, batu terbelah, maka bagaimana pula orang-orang yang “berdiri dari jauh” itu dapat melihat kejadian tersebut? Ini berarti bahwa “mereka menyaksikan” itu cerita yang dibuat-buat atau “gelapnya seluruh tanah” itu cerita bohong. Apabila kita teliti secara seksama, kedua cerita ini salah. Bungkamnya Matius dan Markus tentang hal ini dan Yohanes tidak menyebut-nyebut tentang kegelapan yang meliputi negeri mendukung pandangan kami.
Keduabelas: Apakah kaki Yesus dipatahkan?
Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang perkara ini; semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakiNya” (Yohanes 19:32-33).
Berarti, karena orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan hari Sabat, mereka tidak dapat menunggu lebih lama. Yesus saat itu belum wafat. Mereka, pada bagian akhir pada hari yang sama, meminta kepada Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus dan Pilatus mengabulkan permintaan mereka. Lalu orang-orang Yahudi pulang. Sekarang perkara mematahkan kaki Yesus seluruhnya berada di tangan Pilatus. Seperti telah kami terangkan, Pilatus di dalam hatinya ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Karena itu, adalah sangat mungkin ketika mengirimkan pasukannya dia memberitahukan kepada kepala pasukan tersebut akan maksudnya agar kaki Yesus jangan dipatahkan. Kaki kedua penyamun dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak. Yohanes menggambarkan mengapa tidak dipatahkan kaki Yesus:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya.” (Yohanes 19:32-33).
Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri tidak berada di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu kesaksiannya hanya merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa lagi saksi lainnya tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata itu diucapkan oleh beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira mati. Ini kesalahannya sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah mengatakan yang demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia dibisiki oleh Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal demikian ialah supaya orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka rahasia. Bila kita merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak dengan jelas bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu gerak tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak dipatahkan. Tiga saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini.
Ketiga belas: Masalah keluarnya darah dan air dari pinggang/lambung Yesus.
Tiga orang saksi tidakmengatakan apapun tentang kejadian ini. Tetapi Yohanes mengatakan:
“Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34).
Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan kematian Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan kebijaksanaan dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung Yesus maka keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan segera itu menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung. Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya dalam keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya.
Keempat belas: Siapa yang mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang meletakkannya di dalam kubur?
1. Matius mengatakan:
“Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia” (Matius 27:59-60).
2. Markus mengatakan:
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu”. (Markus 15:45-46).
3. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53).
4. Yohanes mengatakan:
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu menurunkan mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, lebih kurang lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya dengan kain linen dan membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42).
Tiga saksi pertama menyatakan, hanya Yusuf Arimatea seorang diri tampak mengangkat jenazahnya, mengafaninya, dan meletakkan ke dalam kubur. Saksi paling belakang, Yohanes mengatakan, Nikodemus juga ikut mengangkat jenazah, mengafani, dan meletakkannya dalam kubur.
Kelima belas: Siapakah Yusuf Arimatea itu?
1. Matius mengatakan tentang ini:
“Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57).
2. Markus mengatakan:
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43).
3. Lukas mengatakan:
“Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas 23:50-51).
4. Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38).
Menurut Markus dan Lukas, Yusuf adalah anggota Majelis Musyarah (Sanhedrin Yahudi) yang baik lagi adil. Menurut Yohanes, Yusuf adalah murid Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi. Matius mengatakan dia adalah murid Yesus juga dan terang-terangan. Bagaimanapun bentuknya, pertanyaan yang timbul ialah, Yusuf Arimatea, seorang yang karena takut dari orang-orang Yahudi tidak sanggup memperlihatkan imannya. Dalam saat-saat gawat seperti itu, ketika semua murid Yesus tidak mampu memperlihatkan kesetiaannya, bagaimana mungkin dia berani mendatangi Pilatus dan meminta kepadanya supaya menyerahkan mayat Yesus. Keterangan ini tampaknya tidak masuk akal. Cukup mengherankan bahwa Pilatus tidak bertanya, apa hubungannya dengan Yesus dan mengapa meminta mayatnya, malahan segera menyerahkan mayat kepadanya. Cukup dari satu kejadian ini saja orang-orang Kristen, kalau mau berpikir, akan mengetahui bahwa segalanya ini adalah hasil dan buah dari rencana matang dan rancangan rapi yang diciptakan oleh Pilatus. Adalah pilihan yang tepat menyerahkan jasad Yesus kepada seorang pengikut Yesus yang tak dikenal. Dengan dorongan dari Pilatus dia berani mengambil tindakan tepat dan cepat melaksanakan rencana itu.

PENUTUP

PERCAKAPAN BERSAMA TENTANG DALIL-DALIL ITU
Sekarang saya mengemukakan ringkasan percakapan yang terjadi mengenai dalil-dalil ini antara saya dan bapak-bapak pendeta, seperti berikut.
Kristen: Anda katakan Yesus digantung di kayu salib tapi tidak mati. Kalau ini benar, apa arti ayat Qur’an ini (tulisan arab) (Artinya: “Dia tidak dibunuh dan tidak disalib.”) Selain itu kepercayaan Anda ini bertentangan dengan pendapat mayoritas umat Islam yang mempercayai Yesus tidak pernah dinaikkan di kayu salib sama sekali.
Imron: Kita sudah bersepakat bahwa perdebatan ini akan dilangsungkan berdasarkan Bibel. Karena itu, Anda tak berhak mencampur-adukkan materi perdebatan. Harus diingat bahwa arti (tulisan arab) ialah orang-orang Yahudi tak pernah berhasil membunuh Yesus melalui palang salib. Qur’an dan kamus-kamus bahasa mendukung arti tersebut. Di dalam surah Yusuf dikatakan:
Artinya: “Satu di antara kamu akan memberi minum khamar kepada Tuhannya, yang satu ‘lagi akan disalib” (Fa yuslabu).
Dalam ayat ini kata “Fa yuslabu” hanya berarti “dia akan mati di kayu salib”. Dalam kamus “Taj Al-‘Arus” dikatakan:
Artinya: Salib artinya qaji: Dalam “Sehah” dikatakan Arti salib sungsum. Orang yang disalib dinamakan “maslub” karena sungsumnya mengalir, “salb” adalah cara membunuh yang dikenal umum.’ Karena sungsum dan nanah keluar dari tubuh orang yang disalib (Periksa “lane” dan Aqrabul Mawarid”).
Singkatnya, Qur’an membantah kematian Yesus melalui salib atau pembunuhan, dan menegaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen hanya mengikuti persangkaan belaka. Di mata mereka Yesus dibuat menyerupai orang disalib atau terbunuh. Mereka tidak punya bukti yang meyakinkan bahwa dia terbunuh. Qur’an telah menegaskan bahwa orang-orang Yahudi telah berusaha membunuh Yesus, namun gagal dan hal ini saya telah memberikan bukti-buktinya menurut Bibel. Adapun yang Anda katakan, mayoritas orang Islam memahami pengertian yang berbeda, apakah maksud Anda membangkitkan perasaan orang-orang Islam dari perbedaan pendapat dalam umat Islam untuk menarik suatu keuntungan? Harus diingat, para hadirin di sini bukanlah orang-orang awam yang polos yang tidak mengerti iktikad Anda yang tidak baik. Saya ingin menganjurkan sebaiknya Anda tidak berusaha memasuki pintu ini. Hendaknya menjadi jelas bagi Anda, masalah yang kita bicarakan hari ini adalah: “Apakah Yesus mati disalib?” Umat Islam seluruhnya sepakat meyakini bahwa Yesus tidak mati disalib. Tinggal silang pendapat tentang bagaimana dia selamat dari maut di salib. Ada yang berpengertian dia ditinggikan ke langit dan tangan-tangan orang Yahudi tak menyentuhnya dan tak pernah ke tiang salib dan tidak pula mati. Menurut Qur’an dengan nash-nash yang jelas, Yesus memikul derita di jalan Allah dan orang-orang Yahudi mau membunuhnya, lalu mencoba dengan segala cara yang mungkin ditempuh. Tetapi Yesus tidak mati disalib. Tentang ini telah kami kemukakan butki-bukti yang kuat. Kalau Yesus terbukti tidak mati di kayu salib, hanya sekadar sempat dinaikkan di kayu salib, tidak akan memberi faedah apa-apa kepada umat Kristen. Kepercayaan penebusan dosa dan kematian di kayu salib akan hancur berkeping-keping. Itu merupakan tantangan kepada orang-orang Kristen untuk mencoba mematahkan dalil-dalil yang saya kemukakan itu.
Kristen: Tanda Nabi Yunus dan tanda Yesus keserupaan, keduanya bukan dalam arti hidup dalam perut ikan dan dalam kubur melainkan karena keserupaan tiga hari tiga malam.
Imron: Keserupaan yang Anda akui tidak pula menjadi genap karena Yesus menurut kepercayaan (akidah) Anda Yesus tinggal dalam kubur cuma satu hari, bukan tiga hari dan dua malam; bukan pula tiga malam. Dengan itu tanda Yesus yang unik itu menjadi gugur. Apakah ada kemungkinan bagi seorang Kristen untuk membuktikan bahwa Yesus tinggal dalam kubur selama tiga hari tiga malam?
Kristen: Orang Yahudi juga tidak mengatakan bahwa Yesus dalam keadaan pingsan dan tidak pula terdapat data dalam pemerintah Romawi mengenai kenyataan itu.
Imron: Kalau orang Yahudi mengatakan begitu maka anggapan mereka bahwa Yesus itu pendusta dan terkutuk akan batal. Begitu pula sekiranya Pilatus berterus terang mengatakan Yesus masih hidup, dia berarti menelanjangi diri sendiri dan bisa dituntut sebagai pelaku kejahatan oleh penguasa. Maka tidak aneh kalau pengakuan Yahudi dan keterangan Pilatus tidak bertentangan. Bahkan ini pun hanya dapat dipercaya apabila keterangan-keterangan itu utuh dan terpelihara. Saya tegaskan bahwa keterangan yang berasal dari orang-orang Yahudi tidak dapat dijadikan dalil tentang Yesus. Dapatkan orang berakal sehat menjadikan pernyataan dari seorang musuh sebagai pernyataan resmi terhadap musuh yang lainnya mengenai suatu kenyataan? Apabila Anda mau mempercayai keterangan orang-orang Yahudi, Anda harus mempercayai pengakuan orang-orang Yahudi itu yang mengatakan bahwa murid Yesus telah mencuri mayat Yesus (Matius 28:13-15). Anda juga tahu tentang apa yang dikatakan orang Yahudi mengenai kelahiran Yesus. Maukah Anda mempercayainya?
Kristen: Murid-murid Yesus telah dibunuh dan ditimpa siksaan-siksaan yang paling keras. Apakah mereka mengelabui mata orang dengan mengatakan, Yesus mati disalib lalu hidup kembali?
Imron: Murid-murid itu disiksa karena mempercayai Yesus, ini bukan masalah baru. Semua orang yang beriman masa permulaan dihadapkan pada kesusahan-kesusahan berat yang bisa membuat besi sekali pun meleleh dan membuat hati teriris.
Adapun perihal mereka beriman kepada penyaliban Yesus, itu dikarenakan orang polos dan lugu, seperti yang diutarakan oleh juru tafsir Matius. Karena mereka tidak berada di tempat waktu terjadi peristiwa salib dan mereka orang-orang lemah, maka mereka mmpercayai propaganda orang-orang Yahudi. Tetapi orang-orang cerdik dan pandai seperti Paulus, mereka merancang gambaran dan memberi keterangan lain lagi baru tentang peristiwa penyaliban Yesus.
Kristen: Kalau Yesus dalam keadaan pingsan, bagaimana dia bisa keluar dari kubur, padahal kubur itu ditutup oleh sebuah batu besar?
Imron: Saya tidak mengatakan dia keluar sendiri, melainkan berdasarkan petunjuk, Yusuf Arimatea dan Nikodemus yang mengeluarkannya. Yesus dibuat siuman kembali berkat ramuan rempah-rempah dan kedua orang inilah yang saling membantu dan kerjasama menyukseskan rencana Pilatus. Kuburnya cukup luas, bisa muat empat sampai lima orang. Saya sendiri pernah melihatnya.
Kristen: Orang-orang Yahudi meminta supaya pemerintah menempatkan laskarnya menjaga kubur Yesus. Kalau penjaga juga ada, bagaimana Yesus bisa keluar?
Imron: Orang-orang Yahudi mengajukan permintaan penjagaan kubur sesudah hari Sabtu. Malam dan siang hari Sabtu sudah cukup lama untuk menyelesaikan segala urusan. Dua orang murid Yesus yang setia, atas isyarat dari Pilatus, memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan itu. Karena itulah permintaan orang-orang Yahudi itu segera diterima baik oleh Pilatus. Dengan berpura-pura baik ia kata mereka mempersilahkan mereka pergi dan menjaga sebaik mungkin. Dalam pikiran, dia mentertawakan kebodohan mereka.
Kristen: Dalam Injil disebutkan, Yesus telah bangkit di antara orang mati. Kepala pasukan memberi kesaksian atas kematiannya.
Imron: Tentang kesaksian kepala pasukan banyak sekali pertentangan. Saya baru saja menjelaskan tentang hakikat kesaksiannya itu. Adapun Paulus dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa dia bangkit di tengah-tengah orang mati sekali-kali bukan bukti. Kita memerlukan bukti yang jelas dan berlandaskan fakta-fakta sejarah. Perkataan-perkataan ini ditafsirkan dalam artian “penderitaan keras” seperti dikatakan oleh Paulus bahwa ia “mati setiap hari.”
Kristen: Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya selama empat puluh hari dan memperlihatkannya kepada mereka. Bagaimana Anda dapat menolak kematiannya di kayu salib?
Imron: Kalau Yesus menampakkan diri dalam mimpi mereka, itu tidak dapat dipercaya. Kalau dalam kenyataan, ini membuktikan bahwa memang dia tetap hidup ketika diturunkan dari tiang salib. Apalagi jika Injil itu penuh dengan ketidakkonsekuenan.
Kristen: Kami tidak mengatakan Injil itu seluruhnya, seperti yang ada sekarang, dari Tuhan. Kepercayaan kami ialah, penulis-penulis Injil menulis Injil dalam lingkungan hidup mereka masing-masing dan memperhatikan tujuan masing-masing. Karena itu terdapat pertentangan-pertentangan dalam keterangan-keterangan mereka. Setiap orang di antara mereka memenuhi maksud khusus yang disesuaikan dengan kejadian yang disebutnya.
Imron: Kalau begitu keterangan-keterangan Injil tidak ada yang dapat dipercayai. Mengenai satu kejadian saja begitu banyak pertentangan. Hal itu menunjukkan bukti bahwa cerita-cerita itu tidak murni. Satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi dan menyelesaikan pertentangan ini adalah apa yang saya sampaikan itu. Anda tidak perlu mempercayai kematian Tuhan di kayu salib.
Kristen: Kami tidak mengatakan yang dibunuh itu Tuhan. Yesus disalib selaku seorang manusia.
Imron: Kalau yang dibunuh itu manusia, maka yang menjadi penebus dosa Bani Adam pun adalah manusia juga. Dalam keadaan seperti itu tidak perlu sama sekali Tuhan menjelma selaku manusia, merubah diri menjadi manusia yang amat lemah. Saya menegaskan, hakikat yang sebenarnya adalah, Yesus tidak mati disalib. Dapatkah penulis Injil memberikan kesaksian bahwa dia melihat sendiri Yesus telah mati di tiang salib? Adapun kesaksian Paulus, sedikit pun tidak akan memberi faedah. Dia tidak termasuk murid Yesus, tidak pula menyaksikan kejadian salib itu sendiri. Karena itu, kata-katanya tidak dapat dibenarkan, karena cerita itu kabar angin. Paulus menyimpan satu tujuan dalam keterangannya itu. Dia ingin menanam akidah kematian Yesus di kayu salib sebagai penebusan dosa, kemudian dijadikan alat digunakan sebagai dalil ketuhanan Yesus.
Kristen: Dalam sebuah surat Paulus dikatakan, tanpa penumpahan darah, ampunan tidak mungkin tercapai.
Imron: Ini adalah perkataan Paulus. Allah menghendaki, “Bukan kurbanan tetapi kasih sayang yang Kukehendaki” (Hosea). Meskipun begitu, kalau kita menerima perkataan Paulus, apa buktinya bahwa Yesus mati disalib. Adalah kewajiban Anda membuktikan bahwa Yesus mati disalib. Sesudah itu harus memberi tafsiran dan penjelasan tentang kematiannya. Saya telah buktikan bahwa berdasarkan Bibel Yesus tidak mati disalib.
Kristen: Kalau Yesus tidak mati disalib, penyebaran ajaran kami (tabligh) berarti sia-sia dan musibah-musibah yang kami pikul tidak berarti apa-apa dan percuma. Apa gunanya kami meninggalkan kampung halaman menjadi penginjil menyebarkan agama Kristen?
Imron: Apapun adanya, tabligh Anda berarti atau tidak punya arti apa-apa. Yesus, sekali-kali tidak mati disalib. Dalil-dalil yang saya kemukakan merupakan bukti yang nyata. Petunjuk Ilahi:
“Dia tidak dibunuh secara pasti” terbukti benar dan Kitab Kristen yang sekarang batal dan palsu. Kata akhir ialah, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam!
 
--o0o--
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © Mei 2017. misteri ilahi - Rendy Ananda Aceda
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Frida Satriani Aceda Blogger